JAKARTA, KompasProperti - Bagi Bowo, salah seorang karyawan media nasional, kemacetan di jalur bus Transjakarta hanyalah satu dari sedikit persoalan yang mewarnai moda transportasi yang sudah ada sejak era Gubernur Sutiyoso tersebut.
Sehari-hari, Bowo menggunakan bus Transjakarta jalur Koridor 3 Kalideres-Pasar Baru sebagai moda transportasinya. Ia memilih Transjakarta lantaran lebih efisien dari pada harus menggunakan sepeda motor.
Baca juga : Waktu Tunggu Transjakarta Lama, Masyarakat Beralih ke Moda Online
Pada jam-jam sibuk, Bowo mengaku, tak mempersoalkan ritme bus Transjakarta. Hampir setiap menit bus Transjakarta bisa didapati. Namun tidak demikian saat malam hari.
"Biasanya kalau malam hari itu ritme kedatangan Transjakarta lebih lama. Bisa setengah jam sampai sejam. Terutama kalau sudah di atas pukul 22.00 WIB," kata Bowo kepada KompasProperti, Jumat (17/11/2017).
Meski tak sebanyak saat jam sibuk, menurut dia, jumlah penumpang pada malam hari biasanya masih cukup banyak.
Baca juga : Pentingnya Menjaga Sterilisasi Jalur Transjakarta
Persoalan lain yaitu kualitas armada bus yang digunakan pada malam hari kurang bagus dibandingkan saat jam sibuk.
"Pernah bahkan kepala gue kejatuhan baut pegangangan atas gara-gara lepas. Dan kabin bus itu suka bunyi kayak kendaraan reyot. Suka ngeri aja kalau orang yang naik lagi full, terus ambrol aja gitu sih," kata dia.
Pengalaman serupa juga pernah dirasakan Direktur Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Yoga Adiwinarto saat menggunakan bus Transjakarta lama di Koridor 1 Blok M-Kota.
"Pernah pas cek bawah kursi, tangan itu kebeler (tergores)," kata dia.
Meski demikian, Yoga mengaku, kondisi bus Transjakarta sekarang sudah jauh lebih baik. Terutama, setelah sejumlah armada didatangkan dari pabrikan bus asal Eropa.
Sementara itu, Isnaini, yang sehari-hari menggunakan bus Transjakarta Koridor 6 Ragunan-Monas, mengaku, memerlukan waktu menunggu cukup lama untuk bisa mendapatkan bus.
Tak heran memang, sebab jalur yang dilalui wanita yang bekerja di salah satu perusahaan swasta nasional ini tengah ada pekerjaan underpass.
"Jalur Ragunan-Monas via Mampang itu macet parah. Pernah merasakan kemacetan hingga telat sampai kantor gara-gara macet 1,5 jam di Mampang," kata dia.
Perlu revitalisasi
Dilihat dari usianya, memang sejumlah fasilitas yang ada di Transjakarta sudah 'uzur' dan perlu banyak perbaikan serta peningkatan.
Seperti halte, misalnya. Bowo menyebut, kondisi Halte Grogol 2, 12 Mei Reformasi sangat sempit, sehingga perlu diperluas. Terlebih halte tersebut menjadi lokasi transit dari beberapa koridor.
Yoga pun mengamini pernyataan Bowo. Tak hanya untuk memberikan ruang yang lebih luas, pelebaran halte juga perlu untuk memberikan sirkulasi udara yang cukup.
Namun demikian, perlu sedikit modifikasi atas halte yang ada saat ini. Pasalnya, desain yang digunakan masih mengadopsi desain halte yang diterapkan TranMilenio di Bogota, Kolombia.
"Kalau di Bogota kan kawasannya dingin, meski sama-sama daerah tropis tapi kota itu cukup dingin dibandingkan Jakarta," kata dia.
Sementara itu, Isna menyarankan, agar jumlah bus khusus untuk wanita yang berwarna pink diperbanyak. Hal ini untuk mengakomodir jumlah penumpan wanita yang relatif lebih banyak dari pada jumlah penumpang pria.
Di samping itu, ia meminta, agar layar informasi yang ada di halte tak hanya dilengkapi dengan lokasi tujuan tapi juga rute.
Hal ini untuk mengantisipasi kebingungan penumpang, terutama bagi mereka yang jarang menggunakan moda transportasi itu.
Terlebih, saat ini sejumlah rute bus Transjakarta mengalami penyesuaian, setelah mendapat permintaan dari Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.