Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hebat, Belanda Punya Jembatan 3D Pertama di Dunia

Kompas.com - 20/10/2017, 17:53 WIB
Mikhael Gewati

Penulis

KompasPropertiTeknologi tiga dimensi atau biasa disebut 3D dapat diaplikasikan pada beragam objek. Anda bisa melihat teknologi ini pada karya seni, film animasi, dan berbagai program komputer.

Tak hanya itu, kini teknologi 3D bisa juga dimanfaatkan untuk pembangunan infrasturktur. Salah satunya adalah pada jembatan.

Seperti diwartakan Channelnewsasia.com pada Selasa (17/10/2017), pejabat Belanda baru saja meresmikan jembatan beton berteknologi 3D pertama di dunia. Jembatan khusus untuk sepeda itu berada di tenggara kota Gemert, Belanda.

"Jembatannya tidak terlalu besar, tapi unik karena dibalut oleh desain 3D hasil dari printer 3D," kata Theo Salet, dari Universitas Teknologi Eindhoven.

Pencetakan desain 3D untuk jembatan ini, lanjut Theo, menghabiskan 800 lembar bahan atau material.

Menurut dia, jembatan itu sendiri dibangun dengan teknik beton pratekan atau yang diberi tekanan internal. Waktu pengerjaan jembatan sendiri selama 3 bulan.

"Salah satu keuntungan menggunakan bahan cetakan 3D untuk pembuatan jembatan adalah beton yang digunakan lebih sedikit dibandingkan pembangunan jembatan secara konvensional. Bahan cetakan 3D itu menyimpan konsentrasi beton yang dibutuhkan” terang Theo.

Jembatan sepanjang 8 meter ini berdiri di atas selokan atau parit yang menghubungkan dua jalan.

Untuk memastikan keamanannya, jembatan tersebut telah diuji kekuatannya oleh BAM Infra dengan membawa muatan seberat 2 ton. BAM merupakan perusahaan konstruksi yang membangun jembatan itu.

Jadi walaupun hanya dirancang untuk sepeda, jembatan tersebut mampu dilalui 40 truk.

“Kami melihat ke masa depan. Caranya dengan mencari pendekatan baru yang lebih cerdas untuk menangani masalah infrastruktur. Kami juga ingin memberikan kontribusi signifikan untuk meningkatkan mobilitas dan keberlanjutan dari masyarakat kita,“ kata kepala BAM Marinus Schimmel.

Selain lebih sedikit menggunakan bahan cor atau beton, Schimmel menambahkan, kalau pencetakan material 3D untuk membungkus jembatan juga mempunyai banyak keunggulan.

Seperti lebih sedikit menggunakan sumber daya langka atau yang sulit didapatkan, dan limbah yang dihasilkan berkurang.

Sebagai informasi, Belanda bersama Amerika Serikat, dan China merupakan negara-negara terdepan dalam urusan teknologi mutakhir cetak 3D. Tak cuma komputer, perangkat yang digunakan pun sudah menggunakan teknologi robotik.

Jadi dalam membangun objek atau struktur cetak 3D dari awal sampai akhir, mereka tak lagi menggunakan tenaga kerja tradisional.

Tahun lalu seorang arsitek Belanda meluncurkan perangkat printer 3D unik. Dengan alat ini dia berharap bisa membuat konstruksi sebuah bangunan dari awal sampai akhir.

Impian yang mungkin terjadi, sebab saat ini sebuah perusahaan baru di Belanda bernama MX3D pun telah membangun jembatan berbahan baja tahan karat atau stainless steel dengan printer 3D.

Pencetakan material 3D jembatan telah selesai pada Maret tahun ini dan disematkan pada jembatan yang ada di atas kanal Amsterdam pada Juni 2017.

Nah itu di Belanda, di Indonesia kira-kira kapan punya jembatan berteknologi 3D?

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau