Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Anda Belum Memanfaatkan KPR?

Kompas.com - 12/09/2017, 14:54 WIB

KompasProperti - Tak ada harga hunian, baik itu rumah ataupun apartemen, yang turun. Jadi, jangan ragu berburu kredit pemilikan rumah (KPR), apalagi kini infrastruktur makin gencar sehingga nilai investasi di sektor ini akan terus melambung.

KPR di Indonesia masih berpeluang besar untuk berkembang. Hal itu seiring dengan perkembangan kawasan-kawasan permukiman modern. Para developer pun sadar betul akan meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk tinggal di permukiman yang aman dan sehat, dan tentu saja harganya terjangkau.

Sebetulnya, siapa pun punya peluang besar untuk memanfaatkan KPR. Itu bisa dilihat dari rasionya dengan produk domestik bruto (PDB).

Lihat saja, pada 2015 lalu di Singapura rasio KPR terhadap PDB mencapai 45,9 persen, di Malaysia 37,8 persen, dan di Thailand 22,8 persen. Sedangkan di Indonesia hanya 2,8 persen. Artinya, KPR tentu bisa dimanfaatkan mengikuti tren yang tengah menguat, yaitu tinggal di unit apartemen modern, dari yang termurah sampai papan atas.

Tren apartemen

Satu kenyataan bahwa unit-unit apartemen dengan harga terjangkau pun kini makin banyak bermunculan di lingkungan yang nyaman dan aman, plus fasilitas modern seperti jaringan internet supercepat, sekolah berkualitas baik, pusat olahraga dan sebagainya.

Maka, mestinya, tak ada alasan untuk tidak memanfaatkan KPR yang makin banyak ditawarkan oleh bank, baik itu bank pelat merah maupun swasta. Apalagi, kini otoritas keuangan nasional juga mendorong peningkatan bantuan finansial kepada masyarakat agar menghentikan kebiasaan tinggal di rumah kontrak atau sewa.

Dorongan itu terkait keinginan masyarakat untuk memiliki tempat tinggal, yang juga bernilai sebagai investasi masa depan.

KPRwww.shutterstock.com KPR
Tinggal di rumah kontrak yang selama ini menjadi kebiasaan banyak warga kota seperti Jakarta, sesungguhnya merugikan. Betapa tidak, biaya sewa makin lama semakin mahal. Sebaliknya, harga lahan selalu naik.

Pada akhirnya, suatu saat, ketika ingin memiliki hunian sendiri, mereka yang terbiasa tinggal di rumah kontrak tak punya dana mencukupi. Ini banyak terjadi di kota besar.

Oleh karena itu, jangan abaikan peluang untuk memperoleh KPR yang bunganya cenderung turun. Tak perlu khawatir mengikuti tren tinggal di unit apartemen, karena inilah tuntutan perkotaan dan telah terbukti di semua belahan dunia.

Ditopang oleh pembangunan infrastrukur yang massif, percepatan pertumbuhan nilai ekonomi dari unit apartemen berdaya tahan tinggi menghadapi guncangan ekonomi. Tak masalah bila berlokasi di luar Jakarta yang sedang menghadapi kelangkaan lahan.

Top di Asia

Di masa mendatang, berkat infrastuktur memadai, Jakarta akan terintegrasi denga para "tetangganya". Dengan demikian, pikiran untuk memborong unit apartemen di luar negeri sesungguhnya makin tidak penting meskipun untuk investasi masa depan.

Ya, bukankah kawasan-kawasan di sekitar Jakarta juga sedang berkembang pesat sebagai kawasan permukiman modern dan pusat perekonomian sekaligus?

Singapura dan Australia yang selama ini menjadi tempat favorit para investor dari Indonesia dalam berbelanja unit apartemen dan rumah, harusnya bisa dikejar oleh kemajuan Jakarta dan para tetangganya.

Survei oleh Cushman & Wakefield menunjukkan, pada paruh pertama tahun lalu orang Indonesia memborong 189 properti, utamanya unit apartemen, dari berbagai kategori di Singapura. Angka itu naik 23 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Betapa cerahnya masa depan investasi properti di Jakarta tampak dari survei yang dirilis Forbes. Tahun lalu kawasan ini telah masuk Top 10 kota di Asia untuk investasi di sektor properti.

Dengan pembangunan infrastruktur yang massif dan lebih cepat, serta bebagai kemudahan administrasi oleh pemerintah peringkat ini memiliki peluang besar untuk naik secara signifikan.

Sekarang saja, nilai jual unit apartmen cenderung menguat dengan cepat. Banyak juga pemilik unit aparteman yang dibeli lewat KPK memperoleh keuntungan dengan miliknya. Di tengah kelangkaan lahan di Jakarta, hal semacam akan terus belangsung dalam waktu lama karena lahan masih luas dan pembangunan makin lancar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau