Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9,52 Juta Ton Sampah Plastik Bisa Perkeras 190.000 Kilometer Jalan

Kompas.com - 30/07/2017, 07:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

DENPASAR, KompasProperti - Tahukah Anda, jumlah sampah plastik laut di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Secara global produksi sampah plastik laut kita nomor dua setelah China.

Kontribusinya sekitar 57 persen atau 3,32 juta metrik ton per tahun. Hingga 2019 saja, limbah tak terurai ini diperkirakan mencapai 9,52 juta ton. Jumlah ini merupakan 14 persen dari total sampah yang diproduksi. 

Fakta tersebut mendasari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menggagas aksi nasional mereduksi limbah plastik dengan menjadikannya bahan yang bermanfaat serta bernilai ekonomi tinggi.

Gagasan ini disambut positif Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), dikembangkan teknologi pemanfaatan limbah plastik untuk material perkerasan jalan atau aspal. 

Baca: Uji Coba Aspal Plastik, Stabilitas Jalan Lebih Kuat 40 Persen

Kepala Balitbang Kementerian PUPR Danis Hidayat Sumadilaga menuturkan, penelitian dan pengembangan teknologi pemanfaatan limbah plastik, sejatinya sudah berlangsung sejak lama.

Namun, uji cobanya baru diimplementasikan perdana di area Universitas Udayana, Bali, dan Jalan Raya Sri Ratu Mahendradatta, pada 28-29 Juli 2017. 

Uji coba terhadap jalan dengan total panjang 700 meter ini dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi daya tahan, dan seberapa kuat daya rekat aspal plastik.

"Hasil sementara ini, aspal dengan tambahan material sampah plastik jauh lebih lengket, secara teknis stabilitasnya pun lebih baik. Keuntungannya akan lebih tahan terhadap deformasi, dan daya lekat tinggi," tutur Danis kepada KompasProperti, Sabtu (29/7/2017).

Suasana sampah yang menumpuk di Kali Gendong, Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (14/3/2017). Kurangnya kesadaran masyarakat membuang sampah sembarangan mengakibatkan sampah plastik dari rumah tangga nyaris menyerupai daratan tersebut menumpuk di sepanjang Kali Gendong. (Foto: Ilustrasi)KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Suasana sampah yang menumpuk di Kali Gendong, Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (14/3/2017). Kurangnya kesadaran masyarakat membuang sampah sembarangan mengakibatkan sampah plastik dari rumah tangga nyaris menyerupai daratan tersebut menumpuk di sepanjang Kali Gendong. (Foto: Ilustrasi)
Dana yang dibutuhkan untuk mengaspal jalan sepanjang 700 meter tersebut sekitar Rp 600 juta untuk satu kali lapisan dengan ketebalan 4 sentimeter.

Tentu saja, kata Danis, biaya ini jauh lebih murah dengan tingkat stabilitas 40 persen lebih tinggi dibanding aspal tanpa plastik. Pasalnya, jalan dengan aspal tanpa plastik harus dilapisi berulang untuk mencapai stabilitas memadai.

Replikasi pemanfaatan aspal plastik ini juga akan dilakukan di Jalan Raya Bekasi-Cikarang, Surabaya, dan sejumlah kota lainnya di Indonesia.

"Kami harapkan pemanfaatan aspal plastik ini lebih meluas, sehingga jalan yang diperkeras lebih banyak. Bayangkan, jalan yang dilapisi aspal plastik ini bisa dilalui kendaraan dengan tonase maksimal 8 ton," terang Danis.

Dengan estimasi sampah plastik yang digunakan sebanyak 2 ton hingga 5 ton setiap 1 kilometer, maka jalan yang bisa diperkeras dengan aspal plastik ini bisa sepanjang 190.000 kilometer.

"Dari hasil uji coba ini, jalan berlapis aspal plastik ini lebih kuat, lebih tahan lama, dan lebih murah," tuntas Danis.

Ketahanan deformasi

Pemanfaatan limbah plastik ini dilakukan dengan dua cara, pertama dry mix yakni pencampuran plastik, terutama kantong kresek, pada agregat. Dan kedua, wet mix yakni pencampuran plastik pada aspal.

Warga melintas di Kali Gendong, Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (14/3/2017). Kurangnya kesadaran masyarakat membuang sampah sembarangan mengakibatkan sampah plastik dari rumah tangga nyaris menyerupai daratan tersebut menumpuk di sepanjang Kali Gendong.KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Warga melintas di Kali Gendong, Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (14/3/2017). Kurangnya kesadaran masyarakat membuang sampah sembarangan mengakibatkan sampah plastik dari rumah tangga nyaris menyerupai daratan tersebut menumpuk di sepanjang Kali Gendong.
Caranya, sampah plastik bekas dikumpulkan, kemudian dibersihkan dan dicacah. Hasil cacahan sampah plastik ini kemudian dicampurkan pada agregat dengan kondisi panas 170 derajat celsius, atau dicampurkan dengan aspal panas dan polymer coated agregat di atas api 160 derajat celsius.

Campuran aspal ini menghasilkan ketahanan deformasi antara 80 persen untuk 10 persen plastik, hingga 84 persen untuk 5 persen plastik. Sementara bila aspal tak dicampur plastik, ketahanan deformasinya hanya 63 persen.

"Penggunaan plastik 6-8 persen terhadap kadar aspal, akan menyerap limbah plastik sebanyak 2,5 ton hingga 5 ton per kilometer jalan, tergantung pada lebar dan ketebalan jalan," tutur Danis.

Menurut dia, selain meningkatkan stabilitas dan kekuatan, penambahan plastik ini juga meningkatkan umur layan jalan serta mendorong industri padat karya. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau