JAMBI, KOMPAS.com - Jika Anda ke Kota Jambi atau melewati Kota Jambi pada mudik Lebaran tahun ini, maka "Masjid Seribu Tiang" atau yang memiliki nama resmi Masjid Agung Al-Falah tidak boleh luput dari kunjungan.
Pasalnya, masjid tersebut menawarkan pesona tersendiri bagi masyarakat yang sekadar berkunjung atau untuk beribadah.
Arsitekturnya yang unik tanpa dinding pembatas antara bagian luar dan dalam masjid serta banyaknya tiang penyangga masjid akan mengundang decak kagum bagi siapa pun yang berkunjung ke sana.
Tim
Mudik Gesit merasa bersyukur bisa menginjakkan kaki dan beribadah di masjid tersebut.
Namun, di balik julukan tersebut ada fakta menarik yang mungkin banyak orang belum tahu. Salah satunya, jumlah tiangnya tidak berjumlah 1.000.
"Masjid Agung Al-Falah ini sebenarnya hanya punya 232 tiang. Julukan seribu tiang itu bukan dari penduduk Jambi tapi dari orang-orang luar," kata Ketua Bidang Idaroh Pengurus Masjid Agung Al Falah, Mislan Wair, kepada Tim Mudik Gesit, pada Rabu (24/5/2017).
Saking ikoniknya masjid tersebut, Mislan menuturkan ada ungkapan dari pengunjung dari luar Jambi yang mengatakan bahwa belum lengkap ke Jambi tanpa datang ke Masjid Agung Al-Falah.
Masjid Agung Al-Falah dibangun pada 1971 dan selesai delapan tahun kemudian atau tepatnya pada 1979. Pada 29 Desember 1979, Presiden Soeharto meresmikan masjid tersebut.
"Pembangunannya lama karena memang terkendala oleh banyaknya tiang penyangga," ujar Mislan.
Arsitektur
Masjid Agung Al-Falah juga tercatat menjadi masjid pertama di Pulau Sumatera yang menggunakan pondasi cakar ayam.
Arsiteknya pun adalah penemu pondasi cakar ayam, yaitu Prof Dr Ir Sedijatmo dan diklaim oleh Mislan tahan gempa.
Adapun biaya pembangunan masjid yang mampu menampung hingga 10 ribu jemaah ini mencapai Rp 743,139 juta yang berasal dari APBD Jambi.
Tim Mudik Gesit kemudian masuk ke dalam bagian masjid. Begitu berada di dalam, suasana sejuk langsung dirasakan lantaran angin masuk dari luar tak harus terbentur dinding-dinding.
Bukaan Masjid Agung Al-Falah dibuka semaksimal mungkin agar menimbulkan kesan terbuka bagi seluruh pengunjung.
KOMPAS.com/Ridwan Aji Pitoko Bagian dalam, tepatnya di bagian mimbar Masjid Agung Al Falah atau Masjid Seribu Tiang di Jambi. Foto diambil Rabu (24/5/2017).
Selain itu, mosaik Asmaul Husna dan kaligrafi Ayat Kursi yang ada di sekeliling dalam masjid menambah suasana sakral dan penuh kekhidmatan bagi siapa pun yang beribadah di sana.
Mosaik dan kaligrafi itu merupakan bagian dari renovasi pertama dan satu-satunya pada Masjid Agung Al-Falah sampai saat ini, yakni pada 2004 silam.
"Perubahan ada tapi enggak signifikan, salah satunya 40 tiang di bagian tengah yang dulunya putih sekarang dilapisi tembaga kemudian diukir sejak 2004," ucap Mislan.
Selain banyaknya jumlah tiang, hal unik lainnya di Masjid Agung Al-Falah adalah keberadaan bedug yang usianya sama dengan usia masjid.
"Di sana ada bedug dari tahun 1979, sudah sejak diresmikan dan punya diameter hampir 1,5 meter yang terbuat dari kayu utuh," kata Mislan.
KOMPAS.com/Ridwan Aji Pitoko Bedug di Masjid Agung Al-Falah atau Masjid Seribu Tiang di Jambi. Foto diambil Rabu (24/5/2017).