Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendag Minta Pengusaha Mal Waspadai Pertumbuhan "e-Commerce"

Kompas.com - 08/05/2017, 19:00 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Sulit dipungkiri menjamurnya toko daring atau online dan e-commerce di Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi para pengusaha pusat perbelanjaan atau mal.

Tantangan tersebut terutama masalah persaingan harga. Pasalnya, mereka yang berbelanja barang secara daring, tidak perlu bayar pajak.

Baca: Belanja "Online" Marak, Pusat Belanja Tetap Bertahan

Hal itu membuat harga barang lebih murah dibandingkan dengan barang yang dijual di mal.

"Saya berikan peringatan dini (early warning) untuk diri kita masing-masing, jangan abaikan online," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) di Sheraton Grand Jakarta, Senin (8/5/2017).

Berdasarkan data Asosiasi E-Commerce Indonesia (IdEA), capaian pasar e-commerce Indonesia pada tahun 2014 mencapai 13 miliar dollar AS atau sekitar Rp 176 triliun. Angka tersebut diprediksi tumbuh tahun ini mencapai 25 hingga 30 miliar dollar AS.

Meski demikian, Enggar mengatakan, minat masyarakat untuk mengunjungi pusat perbelanjaan masih cukup tinggi.

shutterstock Ilustrasi
Tak sekadar untuk berbelanja produk-produk pakaian bermerek, tetapi juga untuk nongkrong dan memuaskan kebutuhan gaya hidup.

Baca: Kebutuhan "Nongkrong" Besar, Toko "Online" Tak Bisa Gantikan Mal

Enggar menyebut, pendapatan per kapita rata-rata penduduk Indonesia mencapai 3.600 dollar AS per tahun atau sekitar Rp 46,8 juta. Dari 258 juta penduduk yang ada, 50 juta di antaranya tergolong berkemampuan tinggi.

"Mereka menghabiskan (sekitar) 75 miliar dollar AS untuk kuliner dan 22 miliar dollar AS untuk pakaian dan lainnya. Itu dari penelitian tahun 2015," kata dia.

Selain itu, ia menambahkan, ada sekitar 30 persen penduduk yang tergolong kelompok kelas menengah.

Menurut dia, bila para pengusaha pusat perbelanjaan ingin dapat bersaing, maka harus dapat menciptakan inovasi-inovasi berbeda agar pengunjung tetap ramai dan datang kembali.

Menambahkan atraksi pada akhir pekan seperti kesenian, menurut dia, dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik minat masyarakat datang ke mal.

"Ada banyak penduduk usia menengah dewasa, yang masuk dalam angkatan kerja kita. Jadi potensinya itu sangat besar," pungkas Enggar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau