Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konstruksi Sarang Laba-laba Cocok di Tanah Labil Jawa Barat

Kompas.com - 10/04/2017, 15:37 WIB

Jakarta, KompasProperti - Pemanfaatan konstruksi sarang laba-laba dinilai cocok digunakan untuk daerah Jawa Barat yang umumnya berlereng dan labil. Untuk kawasan Bandung misalnya, konstruksi ini bisa diaplikasikan mengingat tanahnya tidak rata dan cenderung labil.

"Konstruksi yang tergolong pondasi dangkal ini bisa dijadikan alternatif bagi yang ingin mendirikan bangunan komersial dengan struktur kuat namun harganya terjangkau," kata Konsultan Teknik dari Studio Urbana Bandung, Dede Herdi, Senin (10/4/2017).

Dede mengatakan, konstruksi sarang laba-laba dikenal sebagai konstruksi yang telah teruji di daerah gempa. Konstruksi yang hak patennya dipegang oleh PT Katama Suryabumi ini sudah banyak diaplikasikan di Provinsi NAD, Sumatera Barat, dan Bengkulu.

"Selain tanahnya labil, bangunan di Bandung sudah padat. Untuk itu, konstruksi yang dibutuhkan tidak perlu menggunakan alat berat," kata Dede.

Adapun konstruksi laba-laba menggunakan padat tenaga kerja sehingga tidak akan menggangu aktivitas di sekelilingnya. Konstruksi bisa diterapkan pada bangunan dengan ketinggian empat sampai delapan lantai, karena berdasarkan hitungan teknis mulai transportasi, tenaga kerja, bahan bangunan nilainya lebih ekonomis dibanding konstruksi lainnya.

"Tap untuk bangunan rumah tinggal di bawah tiga lantai hitung-hitungannya menjadi tidak ekonomis sehingga konstruksi laba-laba lebih cocok diterapkan untuk bangunan komersial seperti rumah sakit, tempat belanja, restoran, dan lain sebagainya," ujarnya.

Saat ini salah satu bangunan di Bandung yang telah memanfaatkan teknologi ini adalah pengembangan Rumah Sakit Al-Islam (RSAI) Gedung Ibnu Sina 2. Di lokasi lain konstruksi ini sudah diaplikasikan untuk jalan raya, apron bandara udara, serta areal pertambangan.

Salah satu contohnya pabrik asal Jepang, PT Nishikawa Karya Indonesia di Rancaekek yang mempercayakan pondasi pabriknya menggunakan konstruksi sarang laba-laba. Menurut Anditiawarman, konsultan pembangunan pabrik itu, bukanlah perkara mudah memperkenalkan konstrusi ini kepada pihak Jepang.

"Mereka punya standarisasi ketat untuk bangunan. Tapi, setelah melalui beberapa kali pertemuan dan membuktikan konstruksi ini pada beberapa bangunan di Aceh, Padang, dan beberapa lokasi lainnya, kemudian dihitung perbandingan biaya, waktu, termasuk daya dukung bebannya, barulah mereka percaya," Anditiawarman.

Menurut dia, salah satu syarat yang diajukan pihak Nishikawa adalah konstruksi harus mampu menerima beban mesin di atasnya. Untuk itu mereka meminta konstruksi yang memiliki daya dukung 3 ton per meter persegi.

Pertimbangan lainnya harus menggunakan konstruksi sarang laba-laba adalah karena lahan di Rancaekek bekas rawa sehingga membutuhkan konstruksi lebih handal agar bangunan dapat kokoh berdiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau