JAKARTA, KompasProperti — Bukan rahasia lagi jika jalan sepanjang Cibubur-Cileungsi-Jonggol dijuluki sebagai "jalur neraka" lantaran kemacetannya yang dianggap sudah tak masuk akal.
Padahal, perbaikan dan pelebaran jalan telah dijanjikan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) kala kampanye tampuk kekuasaan kedua. Jelang berakhirnya masa jabatannya, janji itu pun ditagih warga.
Karena Aher tak kunjung menunaikan janjinya, pada 22 Februari 2017 silam, seorang warga bernama Purnama Sakhrial Pradini pun mengunggah petisi di change.org agar Aher segera merealisasikan janjinya tersebut.
Baca: Aher Diminta Realisasikan Janji Perbaikan "Jalur Neraka" Cileungsi-Jonggol
Tak hanya Purnama, warga lainnya yang tinggal di sekitar Cibubur, Cileungsi, dan Jonggol yang selama ini mencari nafkah di Jakarta juga merasa jengah dengan kondisi macet yang kian akut.
Betapa tidak, jalur Jonggol-Cibubur sepanjang 20 kilometer harus ditempuh dalam kurun waktu tiga jam. Itu terjadi pada hari Senin sampai Jumat.
Kondisi bertambah parah ketika memasuki akhir pekan yang bisa ditempuh selama lebih dari tiga jam.
KompasProperti sendiri melakukan uji coba perjalanan untuk membuktikan dan ikut merasakan penderitaan warga ketika harus berhadapan dengan kemacetan "jalur neraka" tersebut.
Waktu tempuh dari gerbang perumahan Kota Wisata menuju pintu Tol Cibubur ke arah Jakarta tepat 45 menit. Bahkan, beberapa warga yang diwawancarai mengaku waktu tempuh bisa lebih dari 1 jam.
Padahal, jarak Kota Wisata-pintu Tol Cibubur tak lebih dari 9 kilometer. Sementara itu, dari Kota Wisata ke Citra Indah waktu tempuhnya tepat 1,5 jam.
Kondisi mulai lengang terjadi pada pukul 23.00 WIB saat KompasProperti pulang dari kantor dan pukul 04.00 WIB saat berangkat kerja atau menuju Bandara Soekarno-Hatta.
Terlambat lima menit saja, situasi sudah berubah demikian menakutkan. Mobil-mobil berebut keluar pintu gerbang.
Antrean panjang kendaraan juga terjadi di area bottle neck di atas jembatan Legenda Wisata menuju putaran balik ke arah Cibubur.
Proyek Properti
Selain banyaknya kendaraan yang ulang-alik Cibubur-Cileungsi-Jonggol menuju Jakarta dan kondisi jalan yang tak memadai, penyebab kemacetan adalah pengembangan proyek properti.
Pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menganggap pengembangan properti di kawasan ini tidak terkendali.
Dari data yang dihimpun KompasProperti, terdapat sekitar 200 perumahan skala besar, sedang, dan kecil yang memenuhi kawasan di sekitar jalur tersebut.
Sebut saja Puri Sri Wedari, Mahogany Residence, Raffles Hills, Taman Laguna, The Address @ Cibubur, Bukit Golf Cibubur, Kranggan Permai, CitraGran, Cibubur Country, Kota Wisata, Legenda Wisata, Metland Transyogie, Metland Cileungsi, Harvest City, dan Citra Indah.
Nama-nama tersebut adalah perumahan skala besar dan menengah. Belum lagi klaster-klaster kecil organik yang tumbuh dengan menumpang fasilitas pada perumahan-perumahan besar.
Selain perumahan, terdapat pula pusat belanja dan properti komersial lainnya macam kompleks ruko dengan alokasi parkir tak memadai.
Dalam radius tak kurang dari 10 kilometer, terdapat setidaknya 9 properti komersial mulai Cibubur Junction, Cibubur Point, Ruko Kranggan Permai, Plaza Cibubur, Cibubur Times Square, Mal Ciputra Cibubur, Cileungsi Trade Mall, hingga Metropolitan Mall Cileungsi.
Akibatnya, kendaraan masuk-keluar properti-properti tersebut menghambat laju kendaraan yang berujung pada kemacetan.
Belum lagi jika pengembang-pengembang yang telah membangun perumahan dan mal itu merealisasikan rencana ekspansinya. "Jalur neraka" ini diprediksi bakal mengalami gridlock atau kemacetan total.
Ciputra Group contohnya. Mereka akan membangun CBD Cibubur yang dirancang sebagai pusat bisnis terintegrasi.
Di dalamnya mencakup perkantoran, apartemen, kondominium, hotel, small office home office (SOHO), pusat rekreasi (entertainment), taman, danau, dan pusat kuliner.
Menempati lahan seluas 28 hektar, CBD Cibubur diestimasikan menelan gross development value (GDV) dari area terbangun, senilai Rp 3,5 triliun.
Ditambah lagi Trans Studio Cibubur yang baru saja diresmikan pencanangannya oleh salah taipan terkaya Indonsia, Chairul Tanjung.
Baca: Bangun Trans Studio Cibubur, Chairul Tanjung Investasi Rp 3 Triliun
Bayangkan, ribuan kendaraan meruah hanya di satu kawasan pengembangan itu. Bagaimana dengan pengembangan anyar lainnya?
Upaya pemerintah
Di luar Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang belum melakukan perbaikan dan pelebaran jalan, pemerintah pusat tercatat tengah menjalankan program infrastruktur transportasi dan jalan di wilayah tersebut.
Namun, upaya ini dianggap masih kurang maksimal karena sampai saat ini belum menghasilkan progres positif.
Jalan Tol Cimanggis-Cibitung, misalnya, pembangunannya yang sudah diinisiasi sejak 2011 sempat mangkrak selama empat tahun sebelum dilanjutkan pada 2015.
Kendati sudah berlanjut, perkembangan konstruksinya sangat lambat. Hingga Desember 2016 silam pembebasan lahannya masih empat persen dan rencananya bakal dirampungkan 100 persen pada Juni 2017.
"Tol Cimanggis-Cibitung positif baik fisik, lahan, dan serapan anggarannya serta progresnya meningkat dari waktu ke waktu," tutur Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Herry Trisaputra Zuna.
Kemudian, ada juga pembangunan transportasi massal berupa light rail transit (LRT) Jabodebek dengan trase Cibubur-Cawang.
Sampai saat ini terus dikerjakan dengan pancangan tiang-tiang yang menjulang di sisi kiri dan kanan Jalan Tol Jagorawi.
PT Adhi Karya Tbk selaku kontraktor ditugaskan untuk membangun LRT Jabodebek yang dibagi dalam dua tahap dengan masing-masing tahapan terdiri dari tiga lintas pelayanan.
Tahap satu meliputi lintas pelayanan Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang, Cawang-Dukuh Atas (10,5 kilometer) dengan 21 stasiun dan panjang 42,1 kilometer.
Sementara itu, tahap dua lintas pelayanan Cibubur-Bogor (25 kilometer), Dukuh Atas-Palmerah-Senayan (7,8 kilometer), dan Palmerah-Grogol (5,7 kilometer) sehingga menghasilkan total panjang 41,5 kilometer.
Rencananya, akan ada 10 stasiun pada tahap dua.
Jalur LRT Cibubur-Cawang dijadwalkan beroperasi pada akhir 2017, sedangkan Bekasi Timur-Cawang dan Cawang-Dukuh atas bisa beroperasi pada 2018.
Kemudian teranyar adalah penerapan bus Jabodetabek Residence (JR) Connexion dari beberapa perumahan di sekitar Jabodebek termasuk Cibubur, Cileungsi, serta Jonggol ke Jakarta.
Keberadaan JR Connexion diharapkan Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Elly Adriani Sinaga dapat dimanfaatkan warga perumahan.
Mereka tak lagi buru-buru berangkat kerja sebelum pukul 05.00 WIB lantaran tak ingin terjebak kemacetan.
"Tujuan kami mengurangi kemacetan dengan mengurangi mobil pribadi karena sekarang di Cibubur banyak yang sudah berangkat pada pukul 04.30 WIB," kata dia.
Elly juga menyebutkan, jumlah mobil pribadi dari kawasan penyangga yang masuk ke Jakarta setiap harinya cukup banyak yang berasal dari perumahan di kawasan Cibubur-Cileungsi-Jonggol.
Berikut daftar perumahan yang akan dilayani bus JR Connexion:
- Bekasi: Lippo Cikarang, Grand Wisata, Perumahan Galaxy, Summarecon Bekasi.
- Bogor: Citra Indah Jonggol, Bellanova, Botani Square.
- Cibubur: Citra Grand Cibubur, Kota Wisata, Legenda Wisata, Puri Sriwedari, Cibubur Residence, Cibubur Country, Harvest City, Metland Transyogie, dan Kenari Nusantara.
- Depok: Pesona Khayangan.
- Serpong: BSD City, Bintaro Jaya.
- Tangerang: Lippo Village Karawaci, Citra Raya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.