MERAUKE, KompasProperti - "Pakde membuat perubahan di Papua. Perubahannya, pembangunan Jalan Trans-Papua dilanjutkan dengan perbaikan di sana sini. Diaspal, yang rusak diperbaiki. Yang belum tembus ya dibuka".
Kalimat itu meluncur dari bibir Rian (26 tahun), putera aseli Papua asal Kabupaten Merauke. Pemuda berambut keriting ini menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan sebutan "Pakde".
"Lebih akrab kedengarannya, dan semua orang di sini panggil presiden dengan 'pakde'," imbuh Rian seraya tersenyum memamerkan gigi putihnya.
Betulkah kondisi Jalan Trans-Papua seperti yang dikatakan Rian, dan juga diklaim pemerintah?
Atau sebaliknya, rusak parah sebagaimana dituduhkan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai beberapa waktu lalu? Baca: Komisioner Komnas HAM Bantah Klaim Pemerintah atas Trans Papua
Rian bersama Soleh (24 tahun) menemani perjalanan Kompas.com menyusuri Jalan Trans-Papua sisi selatan dalam sebuah ekspedisi lima hari pada Kamis (16/2/2017) hingga Senin (20/2/2017).
Ekspedisi susur Trans-Papua sisi selatan yang mencakup Kabupaten Merauke-Kabupaten Boven Digoel-Tanah Merah sepanjang 494,26 kilometer pun menjadi lebih menantang.
Ekspedisi berawal dari Titik Nol Kilometer Kabupaten Merauke yakni di Jl Mandala Raya.
Jalan nasional hingga KM 40 atau batas kota sepanjang 34,7 kilometer, kondisinya demikian mulus di kedua jalur.
Selepas KM 40, perjalanan tidak semulus sebelumnya. Terlebih, sebelum melewati Pos Perbatasan RI-Papua New Guinea, Sota, kami mendapati kerusakan ringan, dan sedang sepanjang 7,2 kilometer.
Mengomentari kerusakan ini, Direktur Pembangunan Jalan Kementerian PUPR Ahmad Ghani Ghazali memastikan segera memperbaiki.
Rusak 38 Kilometer
Birunya langit Merauke, dan cuaca cerah siang itu, menambah semangat kami untuk ikut merasakan pengalaman menembus gunung dan membelah bukit untuk menyusuri ruas selanjutnya dari Jalan Trans Papua.
Baca: Jalan Trans Papua, Menembus Gunung dan Membelah Bukit
Dari Sota, kami melanjutkan perjalanan melintasi Bupul, Erambu, dan Muting dengan total panjang jalan 148,6 kilometer. Sepanjang 21 kilometer di antaranya rusak ringan, dan sedang.
Sementara sebagian besar ruas lainnya dalam kondisi mulus karena baru dilapisi aspal. Fatamorgana menyembul di kejauhan merefleksikan daun kelapa sawit yang bergerak melambai ditiup angin.
"Sebelum diperbaiki tahun lalu, jalan ini rusak parah. Perjalanan bisa 4 jam sampai 5 jam," ungkap Rian.
Sayang, kondisi mulus di lintasan Bupul-Erambu-Muting, tak didapati di Getentiri atau batas wilayah Kabupaten Merauke dengan Kabupaten Digoel.
Di jalur ini, kerusakan parah terpampang nyata. Sebagian ruas berlubang besar laiknya kubangan dengan kedalaman lebih dari 50 sentimeter.
Bahkan, sebagian jalur lainnya berlumpur untuk tidak dikatakan masih merupakan tanah terbuka berwarna merah sehingga rentan dilalui oleh kendaraan biasa dengan roda rendah.
"Ini jalur neraka. Banyak mobil mogok karena masuk kubangan," sebut Soleh.
Dari data Balai Besar Jalan Wilayah XVIII Papua, kerusakan Jalan Trans-Papua ruas Kabupaten Merauke-Getentiri adalah sepanjang 38 kilometer dari total panjang jalan 273,9 kilometer.
Kerusakan ini, menurut Kepala Balai Besar Jalan Wilayah XVIII Papua, Osman Harianto Marbun, disebabkan tingginya curah hujan yang mengakibatkan longsor, dan tanah bergeser di beberapa bagian.
"Kami memulai perbaikan jalur ini sejak tahun lalu. Tapi karena cuaca hujan, perbaikan dihentikan. Tidak mungkin bekerja dalam keadaan curah hujan tinggi," tutur Osman.
Kerusakan serupa, tambah Osman, juga terdapat di jalur Getentiri-Tanah Merah. Kendati tidak separah jalur Getentiri-Batas Kabupaten Merauke dan Kabupaten Digoel, penanganan jalan sepanjang 73,20 kilometer ini tetap dilakukan sesuai dengan rencana.
Perbaikan jalan dilakukan dengan menurunkan alat berat dan personil sebagai bentuk penanganan sementara seraya menunggu cuaca kembali bersahabat.
"Tugas kami adalah memperbaiki jalan. Jangan sampai ada keluhan masyarakat baru kita kerjakan," kata Ghani.
Perbaikan yang dilakukan pada ruas tersebut berupa pembuangan lumpur dan tanah kubangan dengan menggunakan ekskavator dan buldozer.
Sementara untuk penanganan di sekitar jembatan, dilakukan penambahan kayu logging yang akan dibuang ketika penanganan permanen dilakukan.
Selanjutnya dilakukan penimbunan awal menggunakan tanah pilihan dan pemadatan menggunakan vibro roller.
8 Jam
Lepas dari jalur "neraka" Getentiri, kami meneruskan perjalanan menuju Tanah Merah sebagai titik terakhir ekspedisi kali ini.
Jarak yang harus kami tempuh adalah sepanjang 73,20 kilometer. Kondisi relatif mulus dan lebih lebar dengan dua jalur, lalu lintas pun lebih ramai oleh berbagai jenis kendaraan.
Tak hanya roda empat, melainkan juga roda tiga sebagai wahana pengangkut barang, hingga roda dua yang dikemudikan remaja, dan ibu-ibu.
Total waktu perjalanan yang harus kami tempuh mulai dari Titik Nol Kilometer di Kabupaten Merauke hingga Tanah Merah adalah 8 jam.
Waktu tempuh ini jauh lebih singkat ketimbang dua tahun lalu, saat ruas-ruas Jalan Trans-Papua belum diperbaiki, diaspal, ataupun dibangun.
"Sekarang sudah mendingan. Cuma 8 jam. Tapi itu dengan catatan ruas Getentiri-Boven Digoel tak rusak parah. Kalau masih rusak parah ya bisa 10 jam-11 jam," kata Rian.
Karena itu, keduanya berharap pemerintah segera menyelesaikan perbaikan, dan penanganan ruas-ruas Jalan Trans-Papua yang rusak.
Jalan rusak, tambah Rian, sangat merugikan. Baik dari segi waktu, tenaga, maupun biaya perjalanan.
"Kami senang harga bensin sudah sama dengan di Jawa. Tapi kami lebih senang lagi, kalau Jalan Trans-Papua juga semulus Jalan Tol Trans-Jawa," harap Rian.
Jalan Trans-papua sendiri dirancang sepanjang 4.330,07 kilometer. Hingga akhir tahun 2016, sudah tembus 3.851,93 kilometer.
Kemudian juga melewati wilayah Kenyam-Dekai-Oksibil-Waropko-Tanah Merah-Merauke-Wagete-Timika.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menargetkan Jalan Trans-Papua bisa tembus lebih panjang pada tahun ini.
"Kami targetkan hingga akhir tahun ini bertambah menjadi 3.963,87 kilometer, sehingga hanya tersisa 366,20 kilometer saja," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.