Pasca debat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta ke-2, kontestasi mencari pemimpin Jakarta mulai memasuki babak yang membosankan. Membosankan dilihat dari sudut pandang para pencari solusi dan tatanan mencari gebrakan.
Padahal Jakarta memerlukan gebrakan inovatif namun praktis, dalam tugasnya menciptakan kota layak huni sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2030.
Pilkada DKI sekarang masih sebatas perang retorika dengan ide-ide generik dan populis. Tidak ada bedanya dengan pilkada-pilkada di pelosok Indonesia. Padahal kita menantikan terobosan visi kota dunia untuk Jakarta.
Sebagai salah mega cities dan megapolitan terbesar di belahan bumi selatan khatulistiwa, peran Jakarta sangat penting dalam konstelasi geopolitik dan eco-region dunia.
Sebagai pemilih sekaligus praktisi kota, saya tidak merasa dituntun untuk memikirkan kota Jakarta menjadi kota layak huni kelas dunia. Kita menantikan solusi dan kaidah-kaidah merencana sekelas kota seperti New York, Tokyo, London, Shanghai.
Itulah Jakarta! A Great City of The World
Tanpa mengurangi hormat pada penyelenggara debat, materi debat kurang mendorong para calon untuk masuk ke isu yang “out of the box”. Misalnya, diskusi miskin komponen penting aspek daya saing kota sebagai prasayarat kota dunia, untuk dapat menjadi mesin penghela investasi.
Sebagaimana diketahui investasi dan keberpihakan pada kaum terpinggirkan, adalah dua sisi mata uang yang harus betul-betul memerlukan ilmu yang mumpuni dari seorang gubernur DKI.
Walaupun sudah mulai diucapkan, masih sebatas retorika untuk mendengarkan semua kondisi yang berkembang di masyarakat berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, mewujudkan keadilan pelayanan dasar, serta menciptakan kesejahteraan.
Potensi urbanisasi belum dilihat sama sekali. Belum ada satu pun calon yang mengusung tantangan urbanisasi, yang bisa dilihat sebagai peluang tetapi bisa juga menjadi bencana.
Saya kira, pencari solusi kota akan menantikan pasangan mana yang mempunyai kebijakan tajam dalam pengendalian jumlah penduduk, peningkatan produktifitas urbanisasi seperti dikemukakan dalam New Urban Agenda yang juga sudah diadopsi oleh Indonesia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.