Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Tampilan Rumah Apung Pertama di Indonesia

Kompas.com - 26/11/2016, 14:00 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com – Rumah apung pertama di Indonesia dibangun di kawasan Tambak Lorok Kota Semarang, Jawa Tengah, selesai didirikan.

Butuh waktu hampir satu tahun menciptakan rumah yang menjadi proyek percontohan penataan kawasan kampung bahari di Indonesia.

Rumah yang didirikan tampak seperti bangunan tempat tinggal pada umumnya. Bedanya, rumah apung dibangun di atas air tanpa fondasi di dalam tanah.

Rumah ini menjadi salah satu rekayasa teknologi yang berhasil diciptakan anak bangsa. Rumah apung saat ini digunakan sebagai rumah baca dan balai pertemuan warga Tambak Lorok.

Bangunan berdiri di atas ponton atau wahana apung berukuran 10 meter x 14 meter dengan bahan sterefoam dan beton.

Ponton ibarat pondasi dalam rumah. Ponton mengapung di atas air sebagai sandaran bangunan di atasnya.

Ketinggian muka rumah bisa disesuaikan dengan air yang ada. Kalau air tinggi, maka ketinggian rumah tinggi, begitu juga sebaliknya.

Antara rumah dengan daratan dihubungkan dengan jembatan yang bisa bergerak fleksibel. Bangunan dalam rumah apung menggunakan self energy  melalui pemanfaatan solar panel.

Karena itu, rumah ini tidak membutuhkan pasokan listrik, karena mampu menghasilkan listrik sendiri.

Sementara untuk pemenuhan air bersih dan sanitasi dipasang destilator yang berfungsi mengubah air laut menjadi air bersih.

Kontributor Semarang, Nazar Nurdin Rumah apung di Tambaklorok Semarang. Rumah apung ini menjadi percontohan penataan kawasan bahari di Indonesia
Sedangkan saluran pembuangan menggunakan biofil hasil karya Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Menteri PUPR Basuki Hadimuldjono memastikan rumah apung yang dikembangkan mampu berdiri sendiri. Untuk listrik misalnya rumah tidak membutuhkan akses dari PLN.

“Ini tenaga surya bisa mendapat 1.000 watt, jadi gak pake PLN,” kata dia.

“Sanitasi pun pakai biofil. Kita tak pakai fondasi, jadi (harga) lebih murah. Seperti Antapani Bandung, pakai baja ringan, jadi harga (rumah) 35 persen lebih murah,” ujar Basuki lagi.

Rumah apung dibangun dua lantai. Lantai satu seluas 128 meter persegi berfungsi menjadi balai warga dengan kamar mandi seluas 6 meter persegi.

Sementara lantai dua seluas 72 meter persegi digunakan untuk perpustakaan.

Basuki mengatakan, bangunan rumah apung tidak mempunyai masalah berarti. Rekayasa teknologi yang dikembangkan bisa menjawab kebutuhan masyarakat.

Kontributor Semarang, Nazar Nurdin Rumah apung digunakan untuk taman baca masyarakat dan balai warga setempat
Teknologi baja ringan misalnya masih bisa dikembangkan untuk pemenuhan perumahan.

“Banyak teknologi ringan apung yang dipakai. Jadi, tidak ada kendala berarti. Kalau hari ini turun hanya karena air pasang surut saja,” tambahnya.

Basuki bertekad bakal menyulap kawasan Tambak Lorok menjadi daerah sentra wisata seperti halnya yang ada di Surabaya, maupun Malang.

Perubahan wajah Tambak Lorok merupakan perintah dari Presiden Joko Widodo untuk menjadikan kawasan pesisir menjadi layak huni.

"Jadi tempat wisata, di Surabaya ada Malang rumah yang dicat warna-warni jadi wisata. Jadi ini bisa," kata dia.

Baca juga: Rumah Apung di Semarang Bakal Jadi Kawasan Wisata

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau