JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam menghadapi tugas akhir untuk masa pendidikan di jenjang perguruan tinggi, para mahasiswa Jurusan Desain Interior Universitas Bina Nusantara (Binus) diharuskan membuat suatu karya.
Selama mengikuti perkuliahan kurang lebih 4 tahun, karya ini menjadi penentu sang mahasiswa dinyatakan lulus atau harus mengulang.
Pada masa pembuatan karya, mahasiswa diberi pilihan untuk membuat perabot atau mendesain interior sebuah ruangan.
Bagi para mahasiswa yang memilih untuk membuat perabot, mereka seringkali menggunakan rotan sebagai material utama.
"Bahan yang paling sering dipilih itu rotan karena sangat (mencerminkan) Indonesia. Rotan juga mudah didapat," ujar Koordinator Laboratorium Desain Interior Binus, Reno, kepada Kompas.com di booth pameran Homedec,
pekan lalu.
Pada tahap pemilihan material ini, kata Reno, mahasiswa melakukannya bersama penganyam.
Setelah memilih material, desainer akan memercayakan kepada penganyam untuk membuat model perabot yang telah didesain.
Selama proses pembuatan ini, desainer dan penganyam mengerjakannya dalam waktu satu bulan.
"Waktu penganyaman, biasanya mahasiswa sebulan penuh bolak-balik bersama penganyam, untuk mengecek apakah pembuatan furnitur sudah sesuai desain," tutur Reno.
Ia menambahkan, untuk tugas akhir ini, mahasiswa yang memilih membuat perabot, harus menciptakan 5 barang dalam satu rangkaian atau set.
Reno mencontohkan, dalam satu set tersebut, perabot yang dibuat antara lain 1 kursi berlengan (arm chair), 1 kursi berlengan ganda (double arm chair), 1 meja kopi, 1 meja samping atau meja yang biasa diletakkan di sudut, dan 1 meja lampu.
Tidak hanya itu, mahasiswa juga diharuskan merencanakan peletakan furnitur tersebut dalam satu ruangan.
"Misalnya, satu set perabot ini untuk di kamar Hotel Ibis Style atau ada juga untuk di dalam kapal pesiar. Di mana letak meja, kursi, dan lain-lain harus didesain sesuai. Makanya, sebelum mendesain perabot, mahasiswa meriset dulu ruangannya," ucap Reno.
Ikut kompetisi
Dalam mengikuti perkuliahan Desain Interior, lanjut Reno, para mahasiswa juga diharuskan mengikuti kelas khusus untuk mempersiapkan kompetisi.
Kelas ini sudah diikuti para mahasiswa sejak semester awal perkuliahan. Seiring berjalannya waktu, jumlah mahasiswa yang ada di kelas ini akan berkurang karena adanya seleksi.
Selanjutnya, beberapa mahasiswa yang terpilih akan mengikuti sejumlah kompetisi desain.
"Biasanya orangtua (mahasiswa) sudah cukup bangga anak-anaknya bisa terpilih, karena dari sekian banyak mahasiswa. Apalagi saat (anak) mereka menang kompetisi, orangtua akan bangga sekali," tandas Reno.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.