Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Jadinya kalau Arsitek Dunia Rancang Bangunan Ikonis di Jakarta!

Kompas.com - 26/09/2016, 09:08 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis

KOMPAS.com – Daya tarik arsitektur suatu negara tak hanya menambah keindahan kota, tetapi juga meningkatkan kinerja sektor pariwisata. Maka, bukan hal aneh banyak negara berbondong-bondong merancang dan membuat bangunan ikonis berbentuk unik yang mampu memikat turis berfoto di depan bangunan tersebut.

Perancis punya Menara Eiffel yang akhirnya jadi obyek wisata nomor wahid saat pelancong berkunjung ke Paris. Wisaawan berlomba memiliki foto dengan latar menara besi itu.

Situs Toureiffel.paris menulis lebih kurang 250 juta orang di dunia telah ke sana sejak dibuka pertama kali pada 1889. Jumlah ini sama dengan total penduduk Indonesia!

Malaysia punya cerita serupa. Ikon negaranya, Menara Petronas karya arsitek kelahiran Argentina Cesar Pelli jadi tujuan wisatawan yang menjejak di Negeri Jiran itu. Sejak diresmikan pada 1999, menara itu masih memegang posisi jawara sebagai menara kembar tertinggi di dunia.

Riwayatnya, Pelli terinspirasi dari budaya Islam yang cukup kental di Malaysia saat merancangnya. Menara dibuat seperti dua segi empat saling tindih, membentuk bintang delapan sisi yang merupakan pola umum dalam desain Islami.

Kaca dan besi tahan karat menyelimuti seluruh tubuh sang menara kembar. Uniknya, kaca bangunan pun dibuat anti-radiasi untuk meminimalkan kenaikan suhu ruangan agar pemakaian alat pendingin ruangan bisa ditekan. Di lantai 41 dan 42, ada pula jembatan penghubung.

Jangan salah, jembatan tersebut tak menempel langsung pada sisi menara. Sengaja didesain seperti ini agar jembatan tak rubuh di saat angin berhembus kencang. Pasalnya, angin bisa membuat menara setinggi 451,9 meter ini bergoyang hingga radius dua meter.

ThinkStock Kuala Lumpur, Malaysia

Berkat karya tersebut, Pelli dianugrahi Aga Khan Award for Architecture—penghargaan arsitektural yang digagas oleh Aga Khan IV untuk menandai dan menghargai konsep arsitektural yang berhasil mewadahi keperluan dan aspirasi masyarakat yang Islami—pada 2004.

Bangunan tepi pantai

Beda cerita lagi dengan Singapura. Meski luasnya tak sebesar Indonesia, negara ini memiliki ikon negara lebih dari satu.

Selain patung singa Marlion, sekarang ada Marina Bay Sands yang duduk bertengger di singgasana ke dua. Kali ini bukan hanya ikon, tetapi sekaligus resort.

Marina Bay Sands dibangun dengan biaya sebesar 5,5 miliar dollar Amerika Serikat atau setara dengan Rp 77,4 triliun.
Bangunan itu adalah hasil rancangan Moshe Safdie. Di atas lahan seluas 845.000 meter persegi, resort tersebut resmi beroperasi pada 2010.

Di dalam resort terdapat 2.560 kamar hotel, convention centre, tempat belanja, bioskop, restoran, museum, dan kasino. Marina Bay Sands—selain untuk rekreasi—memang sengaja dirancang sebagai ruang publik yang dinamis.

"Tantangan kami adalah merancang sebuah ruang publik penting dalam skala kota, dengan kata lain, pembangunan skala besar untuk menciptakan urban landscape yang pas bagi masyarakat,” kata Safdie, dikutip Archute.com edisi Rabu (2/12/2015).

Safdie terinspirasi oleh cara penataan kota kuno di mana sebuah kota disusun di sekitar jalan utama yang ramai. Dia lalu menyadari bahwa ruang antar bangunan memainkan peran penting dalam desain urban. Dua trotoar utama lalu dibangun mengelilingi resort, menyambungkan pejalan kaki dengan transportasi umum.

Begitulah, ikon negara dibangun tak hanya sebagai penanda tetapi juga kebutuhan tata kotanya. Mirip dengan Singapura, Dubai, Uni Emirat Arab, juga punya bangunan khas di pesisir pantai, tepatnya di atas pulau buatan.

Burj Al Arab namanya. Bangunan rancangan arsitek kebangsaan Inggris, Tom Wright, ini menjadi hotel tertinggi ketiga di dunia dengan tinggi 321 meter. Bentuknya yang mirip layar kapal pesiar menjadi salah satu ikon kota tersebut.

Butuh waktu sekitar tiga tahun—sejak mulai dibangun tahun 1993—untuk membangun "landasan" agar bangunan dapat berdiri tegak di atas pasir. Sekitar 250 pilar beton ditanam sedalam lebih dari 40 meter. Pada 1999, Burj Al Arab akhirnya rampung.

Jika menginap di sana, Anda akan disambut dengan mobil Rolls Royce putih dari bandara. Atau, Anda bisa memilih terbang dengan helikopter dan mendarat di helipad gedung setinggi 212 meter. Harga satu kamar hotel berkisar antara 2.700 dollar AS sampai 19.000 dollar AS atau sekitar Rp 36 juta – Rp 250 juta per malam.

Bangunan Ikonis di Indonesia

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Kabar baiknya, Tom juga punya proyek di Tanah Air. Salah satu karya perancang Burj Al Arab ini adalah Regatta yang dibangun di atas area seluas 11 hektar di pantai utara Jakarta.

properti.kompas.com Apartemen Regatta berlokasi dekat dengan Pantai Mutiara, Jakarta Utara.

Bermain dengan nuansa laut, Tom kembali mengadopsi bentuk layar terkembang pada 10 menara apartemen dan satu hotel rancangannya. Tak main-main, pada 2010, Regatta bahkan meraih FIABCI Prix d’Excellence Awards dari federasi real estate internasional—sebuah penghargaan tertinggi dalam dunia properti.  

Regatta sendiri memiliki makna boat race atau lomba perahu layar. Untuk itu, dalam master plan-nya, kesepuluh bangunan dengan bentuk perahu layar itu akan mengelilingi sebuah menara mercusuar.

Saat ini, sudah ada empat bangunan dengan nama-nama yang dipetik dari pelabuhan laut top dunia, yakni Dubai, Monte Carlo, Miami, dan Rio de Janeiro. Nah, enam tower lainnya yang sedang proses pembangunan memakai nama Tokyo, Acapulco, Sydney, London, New York, dan Shanghai. Nantinya, bagian dalam area kompleks Regatta yang dipagari oleh kesepuluh apartemen tersebut akan menjadi area Aqua Park seluas 2,4 hektar.

Meskipun berada di dekat laut, letak Regatta tetap strategis karena masih berada di Ibu Kota. Dengan begitu, penduduk kota masih bisa menikmati nuansa laut walaupun berada di hunian modern. Bahkan, sejumlah fasilitas rekreasi penunjang seperti tempat sandar yacht dan jetski bisa jadi pemandangan yang membuat kawasan ini berbeda dengan yang lainnya.

(Baca: Mau Lebih Sehat? Lirik Hunian Dekat Pantai!)

Sedangkan fasiltas pendukung lainnya tak begitu berbeda. Regatta juga dilengkapi dengan taman, jogging track, spa, dan fitness centre. Untuk itu, bila tertarik memiliki tempat tinggal bak raja modern di pinggir pantai, bersiaplah kepincut dengan hunian di Utara Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com