JAKARTA, KOMPAS.com - "Mereka yang menjadi sasaran kami adalah kalangan high end yang sangat spesifik. Termasuk nasabah prioritas perbankan (priority customer) atau ultra high net worth individuals (UHNWI)".
Stevanus Hartono Adjiputro, Commercial 1 Division Head Sinar Mas Land, menerangkan pasar yang dibidik dan mampu membeli apartemen The Elements, produk baru yang diperkenalkan kepada media, Selasa (9/8/2016).
Karena sangat spesifik, pasar high end atau orang kaya ini jumlahnya tidak sebanyak kelas menengah ke bawah.
Menurut studi Wealth Report 2016 keluaran Knight Frank, orang kaya Indonesia yang masuk kategori UHNWI dengan aset lebih dari 30 juta dollar AS jumlahnya hanya 1.096 orang.
Sementara mereka dengan kekayaan di bawahnya, atau senilai lebih dari 10 juta dollar AS dan kerap disebut multijutawan sebanyak 2.530 orang.
Sedangkan jutawan dengan aset lebih dari 1 juta dollar AS sejumlah 48.500 orang. Ini artinya, jumlah orang kaya Indonesia tak lebih dari 0,50 persen dari total populasi.
Terbatas bukan?
Tak bisa dinafikan, karena faktanya memang seperti itu. Meminjam istilah CFO Commercial Sinar Mas Land Alim Gunadi, konsumen yang mampu membeli The Elements merupakan kalangan mapan yang sudah memasuki masa pensiun dan merdeka secara finansial.
Tak mengherankan, meskipun ekonomi sedang melambat dan bisnis properti lesu, The Elements tetap diburu. Setiap bulan sejak dilansir kuartal II-2016, selalu ada penjualan.
Hingga Agustus 2016, catatan penjualan The Elements yang diklaim mewah, sudah mencapai 36 persen dari total dua menara sebanyak 372 unit. Sebanyak 70 persen dari total yang terjual itu dibayar secara tunai keras dan tunai bertahap.
"Hanya 30 persen yang dibayar melalui fasilitas kredit pemilikan apartemen (KPA)," buka Alim.
Padahal, harganya dipatok Rp 43 juta per meter persegi dengan ukuran terkecil 72 meter persegi dan terluas 148 meter persegi. Ini artinya, unit termurah seharga Rp 3,1 miliar dan termahal Rp 6,4 miliar.
Meski tidak besar, namun cukup memadai untuk perseroan mendapatkan dana segar dari konsumen demi kelangsungan pekerjaan proyek di lapangan.
Apalagi properti high end ini adalah instrumen investasi yang lebih mengarah kepada lifestyle atau gaya hidup.