Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Kota yang Penduduknya "Tak Terlihat"

Kompas.com - 29/07/2016, 19:37 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

KOMPAS.com - Jika Anda dibesarkan dengan membaca dan mengikuti sekuel Harry Potter, pasti sudah tidak asing dengan invisible cloak atau jubah gaib.

Jubah tersebut membuat siapapun yang memakainya tidak dapat terlihat oleh orang lain di sekitarnya. Tapi, bagaimana jika jubah gaib itu menyelubungi seluruh penduduk sebuah kota?

CEO Simprints Toby Norman menceritakan pengalamannya ketika mengunjungi Bangladesh. Di sana, Norman bertemu dengan seorang wanita bernama Nasrin.

Dia tinggal di Korail, salah satu daerah kumuh terbesar Dhaka. Bertentangan dengan asumsi kota yang populer, Korail adalah kota kumuh yang berkembang secara informal.

Nasrin bekerja sebagai pembantu, dan suaminya adalah seorang tukang becak. Mereka terkenal di komunitas mereka, tapi seperti semua teman-temannya dan tetangga, Nasrin tidak terlihat di mata dunia.

"Dia tidak memiliki akta kelahiran, tidak ada identitas pemerintah, tidak ada asuransi nasional, tidak ada yang bisaa membuktikan bahwa dia, pada kenyataannya adalah Nasrin dari Korail," kata Norman.

Hal ini berarti bahwa Nasrin sangat dibatasi dari kebutuhan mengakses layanan pemerintah dan hak-hak kewarganegaraan mendasar yang seharusnya dinikmati penduduk, seperti kesehatan yang memadai, transfer sosial, jasa keuangan, dan pendidikan formal.

Nasrin, suaminya, dan teman-temannya tidak sendirian. Bank Dunia memperkirakan bahwa lebih dari 1,5 miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki identitas resmi, yang sebagian besar tinggal di daerah kumuh.

Dengan kata lain, lebih dari seperlima dari seluruh penduduk dunia tidak dihitung sebagai penduduk resmi yang ada.

Penduduk yang tidak terlihat

Hal-hal yang berkaitan dengan penduduk tanpa dokumen ini, begitu umum di negara berkembang.

Senior Fellow di Pusat Pengembangan Global Alan Gelb, menyebutnya sebagai kesenjangan identitas.

"Hal ini semakin diketahui tidak hanya sebagai gejala keterbelakangan, tetapi sebagai faktor yang membuat pengembangan lebih sulit dan kurang inklusif," sebut Gelb.

Bahkan, di antara United Nations Sustainable Development Goals (SDGs), satu set baru dari 17 gol dirancang untuk secara kolektif mengakhiri kemiskinan, melawan ketidaksetaraan dan ketidakadilan, dan mengatasi perubahan iklim pada tahun 2030.

SDG 16.9 secara khusus didedikasikan untuk penyediaan identitas hukum untuk semua.

Jika Nasrin ingin mendapatkan keuntungan dari partisipasi yang sama terlepas dari gender dalam ekonomi formal (SDG 5), memiliki pengakuan status hukum kepemilikan rumah di Korail (SDG 1.4), atau mendapatkan vaksinasi polio dan tuberkulosis untuk anak-anaknya (SDG 3.2), dia perlu membuktikannya dirinya melalui identitas resmi.

Identitas ini menyatakan bahwa legitimasi secara resmi menghilangkan orang-orang "tembus pandang".

Mengurangi penduduk 

Dalam konteks negara berkembang, di mana bentuk-bentuk identifikasi tradisional sangat tidak dapat diandalkan, inovasi teknologi telah membuka pintu untuk kemungkinan-kemungkinan baru.

Pemerintah, LSM, dan bisnis di seluruh dunia tengah menggunakan biometrik, misalnya sidik jari, pemindai iris, dan cetakan dalam upaya untuk mencapai 1,5 miliar penduduk.

Di Ghana, teknologi E-Zwich menggunakan biometrik sidik jari untuk e-Money dan rekening bank yang terhubung dengan identitas.

Pada 2006, Dowa Emergency Cash Transfer (DECT) memberikan bantuan kekeringan untuk keluarga petani pedesaan melalui pendaftaran sidik jari dan verifikasi untuk pembayarannya.

Selain itu, perusahaan teknologi nirlaba Simprints telah membangun sistem identifikasi open source pertama di dunia yang murah, aman, detail dan dirancang khusus untuk membawa pelayanan kesehatan ke depan pintu rumah orang-orang miskin di pedesaan dan perkotaan.

"Kita dikelilingi oleh penduduk kota-kota tak terlihat, tetapi sekarang kita lebih dari sebelumnya," tandas Norman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com