Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karawang Makin Digoyang Pengembang Raksasa

Kompas.com - 20/06/2016, 16:35 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KARAWANG, KOMPAS.com - Masuknya raksasa properti, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) melalui pengembangan skala kota Summarecon Emerald Karawang, menyusul PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) dengan Grand Taruma Karawang mengonfirmasi kawasan ini punya potensi.

Baca: Dalam 3 Jam, Summarecon Raup Rp 260 Miliar 

Karawang, menurut CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, memang merupakan daerah potensial di koridor timur Jakarta, di luar kawasan Bekasi dan Cikarang.

Karawang semakin dilirik mengingat kabupaten ini dilintasi Jalan Tol Trans Jawa (Tol Cikopo-Palimanan), Jalan Nasional Pantai Utara (Pantura) Jawa, dan kereta api cepat Jakarta-Bandung.

"Selain itu, dekat Karawang juga bakal dibangun Bandara Kertajati, dan pelabuhan laut skala internasional baru. Hal ini yang akan mendorong Karawang potensial dan siap bersaing dengan kawasan lainnya," papar Hendra kepada Kompas.com, Senin (20/6/2016). 

Itulah alasan fundamental kenapa akhirnya produk-produk properti SMRA dan APLN terserap pasar. Prospek Karawang sendiri ke depannya, kata Hendra, dirancang sebagai konsentrasi kawasan industri terpadu.

Kawasan industri terpadu, sejatinya konsep pengembangan yang sudah dicium bakal prospektif oleh para raksasa investor dan pengembang properti sejak 2014 lalu.

Bahkan, Artha Graha Network melalui PT Canggih Bersaudara dan PT Danasia, sampai bersedia menginvestasikan dana senilai Rp 1,5 triliun untuk membangun kawasan industri Artha Industrial Hills di Karawang Barat, Karawang, Jawa Barat. 

PRM Menteri Perindustrian Saleh Husin mendengarkan penjelasan dari Wakil Presiden Direktur PT Gajah Tunggal Budhi Santoso Tanasaleh mengenai Fasilitas Uji Produk Ban (Proving Ground) milik PT Gajah Tunggal disaksikan Presiden Direktur PT Gajah Tunggal Christopher Chan Siew Choong di Karawang, 19 Mei 2016.
Kawasan industri tersebut dikembangkan di atas lahan seluas 390 hektar. Konstruksi dilakukan secara bertahap mulai Sabtu 31 Mei 2014. 

Masih murah

Melihat perkembangan aktual tersebut, mudah dimafhumi jika orientasi pengembangan mulai bergeser ke Karawang.

Harga lahan yang masih terhitung murah dibandingkan Bekasi dan Cikarang juga menstimulasi penguasaan lahan oleh pengembang secara besar-besaran.

Menurut riset Colliers International Indonesia, harga lahan industrinya saja masih di bawah 200 dollar AS per meter persegi atau serentang 150 dollar AS-180 dollar AS.

Sementara harga lahan untuk huniannya, dalam catatan Leads Property Indonesia meski sudah menyentuh angka Rp 8 juta hingga Rp 9 juta per meter persegi, namun masih jauh lebih rendah dari Bekasi dan Cikarang yang sudah bertengger di angka Rp 15 jutaan per meter persegi.

Selain SMRA, APLN, Arthagraha Network, Perumnas, dan PT Wika (persero) Tbk, investor Jepang disebut-sebut berencana mengakuisisi lahan seluas 3.000 hektar untuk investasi 15 tahun ke depan. 

Wakil Bupati Karawang, Ahmad Zamakhsyari mengatakan pihaknya akan menggelar karpet merah dengan memberikan kemudahan perizinan apabila pengembang maupun investor sudah memenuhi syarat yang dibutuhkan. 

Kawasan industri Karawang.
Namun demikian, kemudahan itu ada harganya. Kata Ahmad, siapapun yang mengajukan izin pengembangan harus terlebih dahulu membangun fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos). 

"Pemda tidak mau lagi dengar perumahan atau apapun tidak punya tempat pemakaman umum, tidak punya masjid dan tempat ibadah lainnya. Pemda tidak akan memberi izin sampai itu selesai semua tapi kalau sudah selesai semua akan secepat kilat izinnya," tegasnya.

Prospek

Bicara investasi dan prospek ke depan, tidak harus orang yang tinggal di Karawang yang bisa dijadikan sasaran penjualan. Bisa juga orang yang tidak tinggal di sana, tetapi memang mau berinvestasi. 

Menurut Hendra, pasar terbentuk karena tingginya kebutuhan dari para pekerja atau profesional yang terlibat percepatan pembangunan infrastruktur. 

Nah, berkaca pada torehan penjualan Rp 260 miliar dalam 3 jam yang dibukukan SMRA, mereka juga menciptakan market baru selain pasar yang sudah ada.

"Kami mengembangkan Summarecon Emerald Karawang dengan konsep township seluas 28 hektar yang dilengkapi dengan beragam fasilitas tematik bergaya Jepang," tutur Direktur Utama SMRA Adrianto P Adhi dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Sabtu (18/6/2016). 

Kompas.com/ Pram Dia Arhando Menteri Perindustrian Saleh Husin saat peresmian pabrik baru LED TV SHARP di Karawang International Industrial City (KIIC), Selasa (18/05/2016).
Konsep perkotaan dengan gaya tematik Jepang ini adalah strategi baru untuk meraup pasar. Untuk diketahui, perusahaan-perusahaan multinasional yang membuka pabrik di Karawang sebagian besar berasal dari Jepang.

Strategi penciptaan pasar baru dan juga loyal customer yang selalu membeli produk SMRA adalah kombinasi produk properti terserap maksimal, kendati situasi sedang tidak kondusif seperti saat ini.

Terlebih harga rumah yang dipatok senilai Rp 690 juta hingga Rp 1,4 miliar bukan mereka yang memulai.

"Harga setinggi itu sudah dicapai APLN atas Grand Taruma Karawang," imbuh Hendra.

Jadi ke depannya, kata dia, Karawang bisa menyusul Bekasi dan Cikarang sebagai opsi destinasi investasi properti. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau