Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wow... Investasi Properti di Bandara Bisa Untung Ratusan Persen!

Kompas.com - 03/06/2016, 11:11 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com- Properti di jalur infrastruktur publik tak pernah sepi peminat. Pengembang dan pasar beriringan membidik karena dianggap memiliki nilai investasi yang tinggi.

Contohnya pada pembangunan mass rapid transit (MRT)—transportasi massal—di Jakarta yang direncanakan selesai pada dua sampai tiga tahun mendatang. Seketika jalur transportasi publik yang akan dilalui—Lebak Bulus, Bundaran Hotel Indonesia, Kota, Bekasi, dan Tangerang—dipenuhi properti-properti hunian, bahkan pembangunan telah dimulai sejak 25 tahun lalu dimana rancang bangun masih berupa rencana.

Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW), keberadaan infrastruktur publik, seperti transportasi massal dan tol menjanjikan mobilitas masyarakat semakin baik sehingga menyulut kemunculan pusat-pusat ekonomi baru.

"Buntutnya, harga properti hunian di daerah-daerah yang dilewati transportasi massal dan tol bisa terdongkrak," ujar Ali seperti dikutip dari Kontan, Minggu (1/5/2016).

Begitu juga saat ada rencana pembangunan infrastruktur Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng, Tangerang.

Pembangunan dua jalur kereta dengan rute menuju bandara yang ditargetkan rampung pada semester pertama 2017 memunculkan gairah bisnis baru. Salah satunya, pasar properti dengan pendekatan pengembangan kota yang mengambil tata ruang campuran untuk memaksimalkan penggunaan transportasi massal.

Jaraknya tidak pendek. Jalur pertama adalah kereta ekspres dengan rute Bandara Internasional Soekarno Hatta-Pluit-Sudirman Baru (Dukuh Atas)-Tangerang-Jakarta Pusat. Lalu, yang kedua adalah jalur commuterline dengan rute Bandara Internaisonal Soekarno Hatta-Tangerang-Jakarta Barat-Sudirman Baru (Dukuh Atas)-Jakarta Pusat. Terlebih lagi, jalur kereta itu bukan satu-satunya akses yang dimiliki bandara.

Ada sejumlah ruas tol di sekitar Jakarta yang menjadi bagian dari rencana besar pembangunan infrastruktur publik di sana. Di antaranya, ruas tol JORR 1 yang sudah beroperasi, yaitu rute Jagorawi-TB. Simatupang – Bandara Internasional Soekarno Hatta, dan tol JORR2 dengan rute Bandara Soekarno Hatta-Serpong-Balaraja, serta Bandara Soekarno Hatta-Kunciran-Serpong yang kini dalam proses konstruksi.

Thinkstock Ilustrasi apartemen

PT Intiland Development Tbk adalah salah satu pengembang yang turut menumbuhkan pasar tersebut. Di atas lahan seluas 105 hektar, konsep bangunan mixed used terbangun dalam konsep "Aeropolis" atau kota bandara.

Meraup untung

Merujuk pendapat Ali, properti di kawasan transportasi massal memang bisa membawa untung beberapa kali lipat.

"Paling tidak, kenaikan harga properti bisa terjadi dua kali. Pertama, saat ada rencana pembangunan. Lalu, kedua, setelah proyek jadi," tambah Ali.

Biasanya, sebelum transportasi massal beroperasi, rata-rata kenaikan harga properti di daerah-daerah tersebut hanya naik sekitar 10 persen dampai 15 persen per tahun. Namun, jika transportasi publik telah beroperasi, kenaikannya lebih besar lagi.

"Kenaikannya bisa berkisar 15 persen sampai 20 persen. Dengan catatan, proyek sudah beroperasi," ujar Associate Director Ray White Indonesia, Erwin Karya.

Keuntungan lainnya, keberadaan properti yang dekat dengan transportasi massal atau tol laiknya magnet. Itulah kenapa, pada iklan-iklan properti, fasilitas itu menjadi "jualan" pengembang. Contohnya, hanya 10 menit dari gerbang tol atau hanya 15 menit menuju bandara.

Untuk kawasan Aeropolis, keberadaan dekat dengan bandara sudah menjadi nilai lebih. Nah, pembangunan jalur kereta ekspres dan ruas tol menjadi dua penambah nilai yang lain di samping lokasinya sudah bisa diakses lewat jalan alteri Tangerang.

KOMPAS.com/ANDRI DONNAL PUTERA Akses menuju Rawa Bokor dari Jalan Perimeter Selatan Bandara Soekarno-Hatta yang baru dibuka oleh manajemen bandara, Rabu (4/5/2016). Jalan yang dinamakan Pos 2 ini dinilai memudahkan pengendara dari Bandara Soekarno-Hatta yang akan menuju ke Rawa Bokor, Benda, dan Dadap.

Belum lagi, lingkungan bandara pada dasarnya sudah ramai, menjadikan kawasan ini sebagai salah satu yang memiliki proyeksi cerah. Maka, bukan niscaya kalau pembangunan infrastruktur selesai, nilai investasinya makin melambung. (Baca:Ada Apa Setelah Pengembangan Bandara Soekarno-Hatta?)

"Pada 2012 harga lahan di sekitar Bandara Internasional Soekarno Hatta hanya Rp 1 juta per meter persegi. Kini, harganya sudah mencapai Rp 20 juta per meter persegi.  Melambung berpuluh-puluh kali lipat," ujar direktur proyek Aeropolis Didik Riyanto pada Kompas.com, Selasa (31/5/2016).

Berdasarkan data yang diperoleh  dari berbagai agen properti, harga lahan di sekitar bandara tumbuh variatif, mulai 10 persen, hingga berkali-kali lipat lebih banyak bila letaknya semakin dekat dengan bandara.

Keberadaan Aeropolis yang notabene berada di sisi barat Bandara Soekarno-Hatta  atau kurang lebih berjarak 1 kilometer dari stasiun bandara, menbuatnya memiliki nilai investasi yang jauh lebih tinggi.

"Hitung-hitungannya bisa dilihat dari salah satu harga properti yang ditawarkan pada area Aeropolis. Unit Residence 1 yang dipasarkan pada 2012 semula Rp 93 juta cash, sekarang sudah menjadi Rp 210 juta," kata Didik.

Ketersediaan transportasi dan infrastruktur baru membuat akses bandara dan Ibu Kota menjadi singkat. Maka dari itu, kenaikan harga tak terelakkan saat rencana itu sudah terealisasi.

Hilda B A/KOMPAS.com Aeropolis menempati area seluas 105 hektar yang di dalamnya mencakup apartemen, hotel, pusat konvensi, perkantoran, klub olahraga, ruang ritel, dan area komersial lainnya.

Di samping itu, pasar lain yang juga bisa memanfaatkan peluang keberadaan properti di kawasan bandara adalah pebisnis dengan mobilitas yang tinggi dan lekat dengan kepastian jadwal. Kawasan terpadu Aeropolis menjadi peluang mereka karena selain hunian, juga dilengkapi dengan hotel, tempat pertemuan bisnis, pergudangan, ritel, pusat olahraga, restoran, dan fasilitas hiburan.

Dengan beragam fasilitas—dengan standar sama yang ada di pusat kota—pebisnis dengan mobilitas tinggi tak perlu direpotkan lagi. Lagi pula, kalau pun harus bertolak ke pusat Jakarta, jarak dan kendala macet yang biasanya menjadi batasan otomatis mendapat solusi karena kemudahan akses dan ketersediaan transportasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau