KOMPAS.com - Pertumbuhan kota di berbagai negara yang semakin cepat nyatanya belum mewabah kota-kota di Asia. Posisinya masih kalah bila dibandingkan dengan kota-kota di Eropa.
Laporan "Sustainable Cities Index 2015" atau "Indeks Kota Berkelanjutan 2015" yang dibuat oleh Arcadis, sebuah firma desain dan konsultan untuk aset terbangun dan natural membuktikan hal tersebut.
Dalam laporan itu dinyatakan bahwa kota-kota di Asia paling banyak menunjukkan divergensi dengan Seoul, Hongkong, dan Singapura berada di 10 besar sedangkan Manila, Mumbai, Wuhan, dan New Delhi menjadi empat dari lima kota terbawah.
Indeks Kota Berkelanjutan Arcadis ini mengeksplorasi tiga permintaan terhadap People, Planet, dan Profit untuk mengembangkan sebuah peringkat indikatif terhadap 50 kota-kota di dunia.
Adapun sub indeks pengukuran People menilai infrastruktur transportasi, kesehatan, edukasi, ketidaksamaan pendapatan, keseimbangan kehidupan kerja, rasio ketergantungan dan
ruang hijau di dalam kota.
Indikator ini dapat secara luas dianggap sebagai upaya menangkap kualitas hidup untuk warga di kota masing-masing.
Sementara sub indeks Planet melihat pada konsumsi energi kota, pembagian energi terbarukan, siklus daur ulang, emisi gas rumah kaca, risiko bencana alam, ketersediaan air minum, sanitasi, dan tingkat polusi udara.
Sedangkan sub indeks Profit melihat performa kota dalam hal perspektif bisnis, penggabungan sistem transportasi, kemudahan melakukan bisnis, keterlibatan kota dalam jaringan ekonomi global, kepemilikan properti, biaya hidup, produk domestik bruto (PDB) per kapita, dan efisiensi energi.
Kemudahan akses terhadap ruang terbuka hijau, pendidikan berkualitas tinggi, dan harapan hidup yang panjang menjadi sisi positif kedua kota tersebut.
Namun, panjangnya jam kerja di Seoul dan Hongkong serta kota-kota lain di Asia membuatnya tak bisa berada di peringkat lebih tinggi lagi dalam hal sub indeks People.
Seoul sendiri hanya kalah dari Rotterdam yang mengisi posisi puncak sub indeks People Indeks Kota Berkelanjutan Arcadis 2015.
Sementara itu dari sub indeks Planet, 10 besar dikuasai oleh negara-negara Eropa dengan hanya menempatkan dua kota non Eropa di dalamnya, yakni Singapura di posisi 7 dan Toronto di posisi 9.
Kota-kota China, terutama Wuhan berada di posisi 48 dari 50 kota dalam indeks karena memiliki polusi udara akibat industri manufaktur yang lebih besar dari kota Asia lainnya.
Sedangkan dari sub indeks Profit yang bertujuan menangkap keberlanjutan ekonomi kota, Hongkong berada di posisi ketiga sebagai kota dengan ekonomi yang baik dan hanya kalah dari Frankfurt (1) dan London (2).