KOMPAS.com - Konstelasi properti di China dapat digambarkan sebagai "pasar ganda". Kota-kota besar berusaha untuk mendinginkan pasar properti, sementara sebagian lainnya tengah berjuang menekan suplai yang berlebihan.
Langkah-langkah baru pun diluncurkan oleh pemerintah kota Shanghai dan Shenzhen dengan harapan bisa mengendalikan spekulasi dan mengurangi risiko gelembung atau bubble properti.
Peneliti Chinese Academy of Social Sciences, Zou Linhua, optimistis harga rumah di kota-kota besar, termasuk Beijing dan Guangzhou, akan meningkat meski dengan laju melambat.
Pasar properti China menunjukkan sebuah "pembagian" gambar, dengan persediaan berlebih di kota-kota kecil dan kekurangan perumahan di kota besar, sehingga menyebabkan kelebihan kapasitas struktural di seluruh sektor.
Stagnasi
Demikian halnya dengan sebagian besar kota lapis kedua, seperti Hangzhou dan Nanjing, memperlihatkan kenaikan harga rumah dengan kecepatan lebih lambat.
"Sedangkan harga rumah di kota-kota lapis ketiga dan di bawahnya, stagnan atau jatuh akibat penuaan, kelebihan pasokan dan restrukturisasi industri yang goyah," kata Zou.
Pada Februari lalu, harga rumah baru di Shanghai melonjak sekitar 20 persen secara tahunan, sementara di Shenzhen melonjak 72 persen.
Pada Jumat silam, pemerintah dari dua kota tersebut memutuskan untuk menghentikan tren ini dengan berbagai cara.
Di antaranya, pembeli rumah kedua di Shanghai sekarang harus membayar deposit 50 persen, dibandingkan dengan sebelumnya 40 persen, dalam rangka memenuhi syarat kredit. Selain itu, nilai minimal uang muka pun ditingkatkan menjadi 70 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.