KOMPAS.com - DTZ mengungkapkan, properti Singapura yang dibeli orang Indonesia turun 33,6 persen menjadi 279 unit. Angka ini lebih rendah dari tahun 2008 yang mencatatkan pembelian 618 rumah.
Kendati menurun, Indonesia menjadi negara asing terbesar ketiga dalam pembelian properti di negeri Singa itu.
Di posisi pertama, bercokol China, dan kedua Malaysia. Warga kedua negara ini membeli 1.952 rumah pribadi pada 2015 atau 54 persen dari total pembelian warga negara asing.
Pembelian yang dilakukan oleh orang China pun merosot 3,8 persen menjadi 998 unit, sedangkan pembelian rumah yang dilakukan oleh warga negara Malaysia tidak berubah pada angka 954 unit.
"Devaluasi yuan China pada Agustus 2015 membuat daya beli warga negara China terpotong dan juga imbas dari melemahnya mata uang mereka terhadap dollar Singapura," lansir DTZ.
Meski begitu, tetap saja keduanya telah melakukan pembelian yang sehat apabila dibandingkan pada 2008.
Selama tahun tersebut ketika krisis global melanda, warga negara China hanya membeli 362 rumah pribadi, sedangkan warga negara Malaysia membeli 626 unit.
DTZ juga melaporkan stabilitas politik Singapura, transparansi kebijakan properti, dan aturan ketat terkait hukum posisi negara kota di depan banyak negara lain membuat investor asing menikmati tingkat kepastian pengembalian investasi yang tinggi di sana.
"Banyak warga negara China juga membeli rumah untuk anak-anaknya yang sekolah di Singapura," tambah DTZ.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.