TAYAN, KOMPAS.com - Jembatan Pak Kasih yang baru diresmikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) pada Selasa (22/3/2016) memang terlihat megah dengan desain arsitektur menawan.
Sayangnya, kemegahan dan keindahan itu sirna tatkala pandangan mata diedarkan pada kawasan di sekitarnya. Terdapat kios-kios dan warung liar dengan bangunan seadanya yang tak sedap dipandang mata.
Pemandangan kontras ini tersaji di bagian daratan Pulau Tayan yang dilintasi jembatan tersebut. Mereka muncul sejak Jembatan Kapuas Tayan ini dibangun.
Ibarat gula yang dikerubungi semut, begitu popularitas jembatan ini menanjak, pemburu keuntungan pun mendekat.
Kios dan warun yang menyediakan aneka makanan dan minuman maupun aksesori ini terlihat kumuh. Pedagang yang menempati kios tersebut kebanyakan berasal dari luar Pulau Tayan yang berada persis di tengah Sungai Kapuas.
Belum lagi pedagang kaki lima (PKL) yang menggelar lapak saban akhir pekan. Meski tak dipungut bayaran, para PKL tersebut membangun tenda semi permanen ala kadarnya sebagai tempat berteduh menjajakan dagangan mereka.
Ali merupakan eks-PKL yang sebelumnya mangkal di Taman Alun Kapuas, Pontianak, yang saat ini terlarang dijadikan tempat komersial.
"Kami di Pontianak sudah tidak ada tempat lagi. Dulu di Taman Alun Kapuas, tapi sekarang sudah tidak boleh lagi berjualan di sana. Kami pun akhirnya berpindah dari satu tempat ke tempat keramaian, bahkan sampai ke daerah Sintang dan Putussibau," ungkap Ali, kepada Kompas.com, Selasa (22/3/2016).
Destinasi wisata
Mudin (43), warga lokal mengatakan, sejak jembatan tersebut dikenal masyarakat, keberadaannya seperti magnet.
"Masyarakat di sini juga ada yang berjualan, masyarakat luar juga ada terutama dari Pontianak," kata Mudin.
Sebagai warga yang tinggal dekat Jembatan Pak Kasih, Mudin berharap kawasan tersebut menjadi tempat wisata. Alasanya, lokasi yang strategis dengan pemandangan pulau yang dikelilingi Sungai Kapuas.
"Tempat ini punya prospek untuk menjadi destinasi wisata, apalagi kalau ada yang mau bangun hotel ditempat ini," ujar ayah dari empat orang anak ini.
Selain dari para PKL, masyarakat sekitar juga mendapat keuntungan dari retribusi parkir yang dikenakan kepada pengunjung. Khusus untuk parkir, sudah terbentuk kelompok khusus yang menanganinya.
Sementara itu, Heri, warga setempat lainnya mengatakan, sebelum jembatan ini diresmikan, dirinya sudah belasan tahun menjadi penambang (ojek) perahu klotok yang mengantar masyarakat menyeberang sungai.
Sejak kawasan sekitar jembatan ramai dikunjungi, terlebih saat Heri sadar akan kehilangan pencarian utamanya, ia pun banting setir mencari alternatif pekerjaan yang lain.
Heri bersama rekan penambang klotok lainnya mulai melirik potensi keramaian tersebut dengan melayani rute berkeliling pulau Tayan menggunakan perahu (speedboat).
"Sekali putar keliling pulau tarifnya Rp 20.000 per orang," sambung Heri.
Selain menawarkan jasa berkeliling pulau, Heri juga membuka warung bersama keluarganya di kawasan tersebut.
Desain kawasan
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Kalimantan Barat, Jakius Sinyor mengatakan, untuk menata kawasan tersebut, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah Kabupaten Sanggau.
"Untuk perawatan jembatan akan dilakukan oleh pihak kementerian dan dinas PU. Sedangkan untuk menata kawasan ini, akan kita serahkan kepada pihak pemerintah Kabupaten Sanggau" papar Jakius.
Kepala Satuan Kerja (Satker) Pelaksana Jembatan Tayan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, Yudha Handita mengungkapkan, saat ini pihaknya bekerjasama dengan kecamatan Tayan Hilir sedang berupaya menata kasawan yang berada di kedua ujung jembatan.
"Besarnya animo masyarakat yang ingin mengunjungi jembatan ini, secara tidak langsung mendorong tumbuhnya bangunan-bangunan liar yang menjual makanan dan minum," kata Yudha.
Saat ini, kata Yudha, pihaknya sedang membantu Kecamatan Tayan dengan mendesain bangunan-bangunan yang cocok dan sesuai, sehingga tidak menimbulkan kesan kumuh.
Nantinya, desain tersebut akan dijadikan panduan untuk pembangunan dalam penataan kawasan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.