Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjualan Pencakar Langit 1 Kilometer Masih Tanda Tanya

Kompas.com - 05/02/2016, 16:20 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

Sumber curbed

KOMPAS.com - Dirancang untuk mencapai tinggi satu kilometer di atas tanah dan melambung di atas Laut Merah di dekatnya, Menara Jeddah di Arab Saudi, digadang-gadang menjadi menara tertinggi di dunia.

Menara ini dibangun untuk menjadi ikon kebanggaan Arab Saudi dan sebagai mesin untuk pembangunan di kota terbesar kedua di negara itu.

Tapi, dengan biaya investasi senilai 1,5 miliar dollar AS (Rp 20,2 triliun), Menara Jeddah dikhawatirkan tidak akan berakhir seperti yang diharapkan.

Adanya tekanan keuangan dan pasar yang tidak menentu, membuat pembangunannya justru menghadapi sejumlah tantangan.

Namun, perusahaan patungan swasta, Jeddah Economic Company, berani menjamin uang di musim gugur lalu cukup untuk menyelesaikan tahap I proyek.

Tahap satu ini adalah pembangunan menara setinggi 3.821 kaki (1.164 meter) ditambah beberapa bangunan sekitarnya.

Sementara perusahaan ini mulai berhutang, berbagai faktor ekonomi menempatkan beban pada pengembangan yang lebih besar. Penurunan harga minyak di seluruh dunia telah membatasi perekonomian Arab Saudi.

Hal tersebut juga mengakibatkan penyelesaian pembangunan yang membutuhkan dana sekitar 20 miliar dollar AS untuk area komersial dan residensial tambahan, menjadi tanda tanya.

Dalam upaya untuk menciptakan kembali dampak ekonomi dari Dubai, rencana di Jeddah juga menghadapi rintangan budaya yakni budaya yang lebih konservatif.

Di Arab Saudi mungkin tidak semudah Dubai untuk menarik perusahaan asing. Meski demikian, liberalisasi akan diperlukan untuk memberikan Jeddah kesempatan menjadi sebuah kota global.

Selain itu, ada juga catatan yang kurang bagus atas penjualan properti-properti di pencakar-pencakar langit lainnya di dunia, termasuk Burj Khalifa.

The Shard di London, contohnya, yang berjuang sejak awal untuk menemukan penyewa, sebagian karena berada jauh dari pusat keuangan dan perusahaan-perusahaan yang berpotensi menguntungkan.

One World Trade juga telah dipaksa untuk memotong harga sewanya tak lama setelah pembukaan karena penjualan yang buruk.

Gelombang besar ruang komersial baru akan mengganggu pasar apapun, dan proyek pembangunan sebesar ini membutuhkan kesabaran dan tahun kerja yang panjang untuk melunasinya.


Metode Konstruksi 

Sebelumnya, Menara Jeddah dijuluki Kingdom Tower. Dirancang sejangkung 200 lantai dan menghadap Laut Merah.

Menurut harian Saudi Gazette, untuk membangun Menara Jeddah akan membutuhkan sekitar 5,7 juta kaki persegi beton dan 80.000 ton baja.

Terletak di kawasan pantai, membangun menara ini memang tidak mudah karena potensi air asin yang akan merusak.

Pondasi sedalam 200 kaki atau 60 meter di bawah tanah pun dibangun guna menahan air asin dari laut. Oleh karena itu, perusahaan Advanced Construction Technology Services akan menguji kekuatan beton yang berbeda.

Masalah lain yang terungkap untuk bangunan tertinggi di dunia ini adalah angin. Untuk mengatasi tantangan ini, menara akan berubah bentuk secara teratur.

"Karena perubahan bentuk setiap beberapa lantai, beban angin berputar di sekitar gedung dan tak akan se-ekstrim pada blok yang benar-benar rapat," kata Gordon Gill kepada Construction Weekly seperti dikutip CNN Travel.

Gordon Gill adalah mitra di Adrian Smith dan Gordon Gill Architecture yang merupakan arsitek untuk proyek menara Menara Jeddah.

Tantangan lain adalah mengirimkan beton untuk lantai yang lebih tinggi. Hal yang mungkin dilakukan, para teknisi dapat menggunakan metode serupa yang digunakan ketika membangun Burj Khalifa yakni 6 juta kaki kubik beton didorong melalui pompa tunggal.

Proses tersebut biasanya akan dilakukan pada malam hari ketika suhu cukup rendah untuk dapat memastikan hal itu terlaksana.

Meskipun terkesan ambisius, menurut Direktur Council on Tall Building, Sang Dae Kim pembangunan Menara Jeddah layak dilakukan.

"Pada titik ini kita dapat membangun menara setinggi satu kilometer atau mungkin dua kilometer. Bahkan bisa lebih tinggi dan kita punya pekerjaan rumah yang banyak," kata Kim kepada Construction Weekly.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com