JAKARTA, KOMPAS.com — Selain nama Gedung Sarinah yang menguasai topik perbincangan pasca-ledakan bom di pos polisi di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada Kamis (14/1/2016), nama bangunan tinggi lain yang menyita perhatian publik adalah Menara Cakrawala. (Baca: Sarinah, Mal, dan Pencakar Langit Pertama Indonesia)
Menara Cakrawala atau juga dikenal sebagai Skyline Building adalah hasil kolaborasi strategis berskema gabungan ventura antara PT Jakarta Setiabudi International Tbk dan investor asal Jepang, Itochu Corporation.
Struktur yang didesain 18 lantai ini mulai dibangun pada tahun 1974, bersamaan dengan peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (Malari) atau demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial pada 15 Januari 1974.
Menara Cakrawala yang hanya sepelemparan batu dari Gedung Sarinah merupakan proyek konstruksi Itochu perdana di Indonesia.
Menurut portal jual beli properti, rumah123.com, harga sewa (rental rate) gedung ini sekarang berada pada level Rp 250.000 per meter persegi per bulan, atau Rp 6,250 juta per bulan, atau Rp 75 juta per tahun.
Saat ini, Menara Cakrawala dikelola dan dioperasikan oleh PT Skyline Building sekaligus rumah bagi perusahaan-perusahaan Jepang macam Tokyu Land Indonesia yang berkantor di lantai 9.
Sementara itu, di bagian bawah menara ini terdapat peritel food and beverage, seperti Starbucks Coffee, Burger King, dan Pizza Hut, serta fasilitas hiburan Djakarta Theater dan Lotus Department Store.
Dalam teror penembakan dan ledakan bom Kamis kemarin, Menara Cakrawala turut menjadi saksi bisu.
Menurut kronologi serangan teror yang dilansir Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya, tiga tersangka pelaku melarikan diri ke gerai Starbucks yang berada di bagian bawah gedung ini. (Baca: Kronologi Serangan Teror Sarinah Versi Polda Metro Jaya)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.