DENPASAR, KOMPAS.com - Ketua DPD REI Bali, I Gusti Made Aryawan, mengungkapkan, pasar properti untuk kelas menengah atas di Bali saat ini sedang tiarap.
"Lesu darah. Penjualan anjlok, karena calon pembeli atau investor masih melakukan aksi wait and see," ujar Aryawan kepada Kompas.com, Kamis (14/1/2016).
Menurut Aryawan, lesunya pasar properti untuk segmen menengah ke atas tak lepas dari aksi tunda konsumen, sementara pasokan yang masuk pasar berlebihan.
Ketidakseimbangan ini membuat harga tertekan, sehingga tidak menarik lagi untuk investasi. Daripada merugi, kata Aryawan, konsumen memilih untuk mengerem pembelian.
"Properti seharga di atas Rp 1 miliar macam kondominium hotel (kondotel), dan rumah tapak yang paling kena imbas lesunya kondisi pasar saat ini," tambah Aryawan.
Akibatnya, banyak pengembang Bali yang selama ini menyasar segmen menengah atas, kemudian menangguhkan peluncuran proyek baru. Bahkan, ada beberapa di antaranya vakum dari kegiatan bisnis properti.
Sementara properti untuk kelas menengah ke bawah dengan harga Rp 300 juta hingga kurang dari Rp 1 miliar masih menunjukkan performa pertumbuhan positif.
Di Bali sendiri saat ini terdaftar 80 pengembang yang tergabung dalam DPD REI Bali. Mayoritas adalah pengembang yang bermain di level menengah ke bawah.
"Mereka yang 80 itu adalah yang mendaftarkan diri kembali. Tahun lalu masih sekitar 200-an pengembang yang aktif," pungkas Aryawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.