Jokowi meneken PP tersebut berdasarkan pertimbangan untuk lebih memberikan kepastian hukum pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia.
Dalam PP itu disebutkan, yang dimaksud Orang Asing yang berkedudukan di Indonesia (selanjutnya disebut Orang Asing) adalah orang yang bukan Warga Negara Indonesia (WNI) yang keberadaannya memberikan manfaat, melakukan usaha, bekerja, atau berinvestasi di Indonesia.
"Orang Asing dapat memiliki rumah untuk tempat tinggal atau hunian dengan Hak Pakai," bunyi Pasal 2 ayat (1) PP ini seperti ditulis Kompas.com, Selasa (12/1/2016).
Dorong pasar
Sebelum keputusan itu muncul, Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) Eddy Hussy, pernah mengatakan bahwa datangnya era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dianggap sebagai momentum terbaik dibukanya kepemilikan properti asing di Indonesia. Sejauh ini, orang asing hanya diperbolehkan membeli properti dengan status hak pakai dan hak guna usaha.
Terbukanya pasar ekonomi bebas itu harus dimanfaatkan pemerintah melalui penerbitan regulasi kepemilikan properti asing. Pasalnya, menurut Eddy, minat asing memiliki properti di Indonesia sangat tinggi dan transaksi jual beli sudah banyak terjadi. Namun, transaksi tersebut di bawah tangan, sehingga negara tidak menikmati hasil dari transaksi melalui penerimaan pajak, secara maksimal.
Eddy mengatakan, pemerintah tidak perlu takut membuka kesempatan ini karena penghasilan devisanya besar. Ia percaya, dengan adanya regulasi yang jelas, pihak asing bisa memberikan kontribusi dalam kegiatan industri negara.
"Regulasi kepemilikan properti asing bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya di bidang properti. Pendorong itu antara lain penyerapan tenaga kerja dan penggunaan bahan bangunan," ujar Eddy kepada Kompas.com.
Sementara itu, terkait pengembang properti asing, pengamat dan pelaku properti pun sepakat bahwa banyak sisi positif dengan kehadiran mereka ke Indonesia. Hadirnya pengembang asing dinilai berpotensi mendorong pengembangan kualitas produk properti. Di sisi lain, pengembang domestik berpeluang menjadi mitra dengan keunggulan lebih menguasai kondisi pasar lokal.
"Pengembang asing memiliki potensi mendorong pengembangan kualitas. Biasanya kualitas mereka lebih bagus seperti pengembang asal Jepang dan Singapura," ujar Anton Sitorus, Head of Research Savils Indonesia, di Jakarta, pada Desember lalu.
Kehadiran pengembang asing bisa menjadi pendorong pasar domestik dari segi kualitas produk. Terkait aspek teknologi misalnya, tambah Anton, ada sedikit imbas seperti dalam pembangunan gedung perkantoran. Kontraktor asal Singapura punya pengalaman membangun gedung tinggi yang jaraknya sangat mepet.
Sementara itu, timpal Eddy Hussy, kehadiran pengembang asing bisa membuat investasi properti naik. Mereka juga dapat menjadi kekuatan bersama untuk mengembangkan properti yang lebih baik.
"Namun, kita harus jaga juga jangan sampai kalah bersaing dengan mereka," kata Eddy.
Eddy menilai, pengalaman memperlihatkan bahwa kehadiran pengembang asing membawa imbas kepada investasi properti di dalam negeri. Asing telah cukup lama hadir di Indonesia dan mereka bermitra dengan pengembang lokal.