KOMPAS.com - Mendiang David Bowie tak hanya meninggalkan karya-karya musik luar biasa. Ia juga mewariskan sebuah rumah liburan nan indah di Pulau Mustique, negara St Vincent and The Grenadines, tak jauh dari Kepulauan Karibia.
Uniknya rumah liburan Bowie ini terinspirasi, dan kental nuansa Indonesia. Terutama ornamen khas Jawa.
Pembangunan rumah itu memakan waktu lima tahun dengan menggunakan lebih dari 14 kontainer kargo.
Hasilnya, Bowie menciptakan sebuah bangunan bergaya Indonesia yang dilengkapi dua kolam berisi ikan koi. Dengan hasil desainnya ini, Bowie sukses membawa Indonesia ke Karibia.
Pada dasarnya arsitektur rumah Bowie itu di luar kebiasaan bangunan lainnya di Mustique.
"Rumah ini merupakan realisasi dari keinginanku. Aku pribadi menyukai segala hal yang klise dan rumah ini merupakan hal klise paling menyenangkan," kata Bowie.
Terpilihnya Mustique sebagai lokasi rumah liburan tak lepas dari ketidaksengajaan Bowie kala sedang suntuk berada di rumah dua sahabatnya, Mick dan Jerry.
Ketika itu, Bowie yang bosan memutuskan untuk pergi ke Karibia menggunakan perahu. Sialnya, perahu Bowie mengalami kerusakan sehingga mengharuskannya untuk pergi ke daratan.
Bowie akhirnya menginjakkan kaki di atas tanah milik Arne Hasselqvist yang kini menjadi tempat berdiri rumah liburannya.
"Kami akhirnya saling berbicara dan saya lantas berpikir, mengapa tidak (membelinya)?" lanjutnya.
Awalnya, Collin Tennant, Raja Glennconner membeli tanah di pulau tersebut dengan harga murah pada akhir tahun 1950-an dan secara cerdik ia kembangkan dengan menanam benih kerajaan.
Ia akhirnya memberikan tanah itu kepada Putri Margaret sebagai hadiah pernikahan. Collin kemudian meminta Arne Hasselqvist membuat sketsa arsitektur cat air milik paman iparnya, Oliver Messel menjadi rumah sesungguhnya.
Hasselqvist memutuskan tinggal di Pulau Mustique dan sampai saat ini ia telah membangun setengah dari rumah-rumah di sana. Termasuk rumah puncak bukit ala Jepang yang dibuat mengelilingi kolam koi.
Setelah berhasil membelinya, pelantun tembang "The Man Who Sold the World" itu menyewa Robert Litwiller untuk mulai membangun rumah idamannya yang bergaya Indonesia.
Bowie lantas meminta Robert untuk meletakkan semua bunga rampai yang ada di seluruh pulau di Indonesia dan batu safir di kolam renangnya.
Pada intinya, Bowie ingin sebuah rumah dengan penampilan berbeda dan tidak seperti kebanyakan rumah yang ada di Kepulauan Karibia.
"Aku ingin sesuatu berbeda karena ini Pulau Mustique, pulau fantasi. Semua orang hanya membangun rumah untuk sesaat ketika mereka liburan," lanjutnya.
Rumah utama Bowie sejatinya berada di Lausanne, Swiss. Ia juga memiliki sebuah apartemen di Los Angeles dan sebuah kapal di Mediterania.
Bowie mengakui bahwa semua itu belumlah cukup sehingga ia membangun satu rumah lagi di Pulau Mustique.
Bowie yang memiliki nama asli David Jones menghabiskan lima sampai enam minggu di Mustique sepanjang natal hingga sesudahnya. Ia kemudian kembali ke Swiss pada pertengahan tahun.
Meski begitu ia mengaku masih tetap sering mengunjungi rumahnya di Pulau Mustique. Untuk itu, ia biasanya mengundang teman-temannya dan mengajak istrinya, Iman Abdulmajid dan anaknya untuk ikut dalam pesta yang diadakannya.
Bowie secara resmi membeli tanah itu pada 1986 bersamaan dengan penyelesaian pembangunan rumahnya.
Dia sangat berterima kasih kepada Robert Litwiller, desainer dan arsitek asal New York yang berkontribusi bersama Hasselqvist.
Kepada Linda Garland yang juga seorang desainer sekaligus arsitek dan Michael White, seorang arsitek lansekap, Bowie pun menyampaikan penghargaannya karena telah membantunya dalam merealisasikan rumah impiannya.
Rumah impian Bowie memiliki dua unsur, yakni Jepang dan Indonesia. Unsur Jepang merupakan peninggalan karya Hasselqvist lewat posisi ruang tamu lebih rendah.
Sementara unsur Indonesia diberikan oleh Linda Garland yang juga merupakan desainer berdarah Bali melalui paviliun makan khas Jawa (Joglo).
Rumahnya yang menghadap langsung Danau Jenewa di Swiss merupakan tempatnya bekerja dan menulis.
Tetapi Bowie mengakui bahwa hatinya kadung jatuh cinta dengan rumah liburannya di Pulau Mustique dan berharap bisa menghabiskan seluruh hidupnya di sana.