Baru-baru ini pengamat properti Ali Tranghanda menyatakan optimismenya tentang prospek cerah pasar properti Indonesia. Ali menyatakan bahwa titik balik industri ini bakal terjadi tahun depan, sejalan dengan rencana-rencana pemerintah mendorong sektor infrastruktur. Rencana dan upaya Pemerintah diharapkan dapat mendorong sektor riil sejak awal 2016.
"Meskipun terjadi perlambatan pada ekonomi global, hal paling penting adalah sektor riil di dalam negeri akan terus berjalan," katanya.
Ali menilai, persiapan ekspansi seharusnya sudah dimulai tahun ini.
"Industri properti tetap prospektif. Jika percepatan (ekonomi) benar-benar terjadi pada 2016, sektor properti harus booming pada 2019-2020," tambahnya.
Senada Ali, pebisnis pun punya tingkat optimisme tinggi. Ishak Chandra, Managing Director Corporate Strategy & Services Sinar Mas Land, misalnya yang pernah mengatakan bahwa peluang bisnis di sektor properti masih terbuka lebar-lebar.
Ishak mengaku tak berlebihan dengan pendapatnya itu. Peluang tersebut dilihat dari kencangnya arus investasi yang akan masuk ke Indonesia seiring berlakunya Asean Economic Community (EAC) di ujung 2015 ini.
Tak hanya itu. Pengembangan kota-kota sekunder, ramainya pembangunan kota-kota satelit baru, serta segenap pembangunan infrastruktur baru dan peluang kemitraan lokal dan asing bakal mendukung potensi tersebut.
"Artinya, Indonesia masih prioritas utama onvestasi di Asia, bahkan dunia," kata Ishak.
Bill Cheng, pengusaha properti berbasis di Singapura, setidaknya juga berpendapat serupa Ishak. Ia bahkan berani menjamin bisnis properti Indonesia tidak kalah dengan negara-negara "tetangganya".
Menurut dia, sektor properti Indonesia memiliki fundamental kuat untuk terus berkembang. Pertumbuhan kelas menengahnya begitu kuat dan bakal terus mendorong kemajuan.
"Itu bisa dilihat dari kota-kota satelit yang tumbuh di sekitar Jakarta," ujarnya.
Momentum terbaik
Bill Cheng adalah generasi kedua dari taipan properti keluarga Cheng, yaitu taipan properti yang mengoperasikan pembangunan properti Wing Tai Asia di seluruh Asia. Sebagai pebisnis, Cheng menyatakan optimisnye terhadap properti Indonesia dengan segala dukungannya.
Menurut dia, perlambatan ekonomi jangka pendek yang saat ini terjadi sebenarnya baik untuk perkembangan sektor tersebut menjadi pasar mutakhir ke depannya. Perlambatan sangat sehat bagi pasar properti untuk bernafas lebih dalam.
"Pengembang dan pembeli sekarang ini tahu bahwa pasar tidak bisa terus meningkat. Banyak kegiatan spekulatif telah mereda. Pada akhirnya, harga yang lebih realistis akan menjadi hasil yang baik bagi pengembang dan konsumen," ujar Cheng.
Bagi dia, ini adalah momentum terbaik bagi pengembang jangka panjang yang serius untuk memasuki pasar Indonesia.
"Terutama menjelang peraturan baru pemerintah yang positif untuk merangsang sektor ini," katanya.
Boleh jadi, semua indikator pendukung potensi sektor properti tersebut akan memberikan dorongan kuat dan positif. Seperti pernah dikatakan Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) Eddy Hussy bahwa sejumlah indikator bakal menopang pertumbuhan properti pada 2016 nanti.
Menurut Eddy, beberapa indikator itu antara lain relaksasi loan to value (LTV), aturan kepemilikan asing, hingga rencana pemangkasan perizinan. Di luar indikator tersebut, optimisme pemerintah akan pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih baik akan semakin mendukung.
"REI sendiri melihat adanya indikasi kepercayaan pasar yang meningkat. Tahun depan sangat mungkin properti akan lebih baik," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.