Direktur Synthesis Development Mandrowo Sapto menjelaskan, langgam Jawa ini diimplementasikan pada lobi utama bangunan dan lobi lift dalam bentuk Joglo.
Selain itu, penamaan tiga menaranya juga mengutip tokoh pewayangan yakni Nakula, Sadewa, dan Arjuna.
"Sentuhan kearifan lokal etnik Jawa ini kami padukan dengan arsitektural modern. Dan itu sangat disukai oleh para ekspatriat yang menjadi pasar bidikan," ujar Mandrowo kepada Kompas.com, Kamis (26/11/2015).
Dengan mengandalkan sentuhan etnik tersebut, Synthesis Development berharap dapat menjaring eskpatriat yang bekerja dan bertempat tinggal di Jl Ampera, Kemang, Jakarta Selatan.
Di atas lahan seluas 2 hektar, pengembang ini menggarap Synthesis Kemang Residences sebanyak 1.118 unit.
Tipikal unit yang ditawarkan adalah satu kamar tidur seluas 33 meter persegi hingga tiga kamar tidur seluas 100 meter persegi.
Mandrowo menuturkan, saat ini harga jual Synthesis Kemang Residences telah menembus angka Rp 35 juta per meter persegi. Sebelumnya masih berada pada angka Rp 30 juta-Rp 32,5 juta per meter persegi.
"Patokan harga ini lebih kompetitif dibanding apartemen lainnya di kawasan yang sama yang sudah mencapai harga di atas Rp 40 juta per meter persegi," tutur Mandrowo.
Dengan strategi harga jual lebih rendah serta konsep kearifan lokal, hingga saat ini Synthesis Kemang Residences sudah terserap 70 persen dari menara pertama dan kedua.
Sampai akhir tahun Synthesis Development menargetkan angka penjualan moderat 80 persen-90 persen.
Untuk merealisasikan tiga menara ini, mereka membutuhkan dana setidaknya Rp 1,6 triliun.