KOMPAS.com - Empat tahun lalu, ahli feengshui suhu Benny memprediksi pengembangan ekonomi mengarah ke kawasan barat Jakarta. Dia menilai bahwa investasi, termasuk di bidang properti di kawasan tersebut, akan sangat prospektif.
"Kepala naga berarti semua kegiatan ekonomi bergerak ke arah barat, bahkan sampai ke kawasan Tangerang sebagai akibat berpindahnya pusat pemerintahan ke barat Jakarta," ujar Bennny yang juga salah satu Ketua DPP Walubi (Perwakilan Umat Budha Indonesia kala itu.
Memang, meski terlihat sebagai mitos, kawasan barat Jakarta mulai menampakkan diri sebagai penggerak baru ekonomi.
Bahkan, hingga kini, saat kawasan lain hanya memperlihatkan pertumbuhan harga moderat saat kondisi pasar properti tengah melambat seperti sekarang ini, wilayah tersebut justru melesat. Pada 2013 lalu pertumbuhan harganya bisa mencapai rerata 20 persen.
Saat ini, jiak ditinjau kembali, kawasan barat Jakarta memang potensial. Wilayah tersebut memiliki keunggulan komparatif.
Pertama, kawasan itu dekat dengan gerbang utama Indonesia, yakni Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng. Aksesibilitasnya memadai dan ditunjang kelengkapan infrastruktur, seperti tol dalam kota yang terkoneksi dengan tol lingkar luar Jakarta, kelengkapan fasilitas publik, serta kondisi lingkungan yang relatif tertata baik.
"Semua keunggulan komparatif tersebut memicu minat pasar. Investor berlomba membelanjakan uangnya di sini," papar mantan Head of Research Jones Lang LaSalle Indonesia Anton Sitorus, yang kini Direktur Research Savills Indonesia.
Dampaknya, terjadi peningkatan permintaan properti, dan mendongkrak harga jual lebih tinggi dibanding kawasan lainnya. Imbas lainnya, meski pasar secara umum melambat di tengah lemahnya perekonomian, barat Jakarta tampil sebagai pemimpin pertumbuhan harga properti.
"Kenaikan tertinggi terjadi di daerah Serpong, bisa 40-50 persen per tahun. Di sini terdapat perumahan skala besar, yakni Alam Sutera, Summarecon Serpong, dan BSD City. Angka 25-30 persen akan dicapai daerah lain, seperti Puri Indah, Kembangan, dan Bintaro. Sementara itu di luar barat Jakarta, kami prediksikan lonjakan harga hanya 10-15 persen per tahun," tutur Anton.
Tak mengherankan, para pengembang terus menggarap wilayah barat Jakarta ini dengan agresif. Mereka benar-benar memanfaatkan momentum perlambatan dengan menyediakan pasokan rumah baru. Belakangan, pengembang apartemen dan hotel pun mulai membidik kawasan ini sebagai lahan potensial untuk menuai berkah keberuntungan “kepala naga” itu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.