KOMPAS.com – Boleh jadi, gaya hidup masyarakat urban sekarang mirip kisah telenovela dan film-film Hollywood. Tinggal di apartemen, bekerja sejak pagi buta hingga larut malam, atau mobilitas yang tinggi, sama-sama ditemukan di kehidupan perkotaan maupun film-film itu.
Namun, terinspirasi film atau tidak, apartemen telah menjadi alternatif hunian di perkotaan. Ini kenyataan. Lokasi yang cenderung strategis dengan sarana pendukung memadai, merupakan daya tarik utama apartemen.
Tinggal di apartemen sudah identik dengan memangkas jarak dan waktu perjalanan. Terlebih lagi, ada peningkatan kelompok masyarakat kelas menengah di perkotaan. Kelompok ini merupakan segmen pasar paling potensial untuk apartemen, berdasarkan kriteria penghasilan dan pola aktivitasnya.
Tak pelak, saat ini properti tetap menjadi salah satu investasi favorit (Baca juga:Properti Masih Investasi Favorit). Ketika ekonomi lesu, termasuk pasar properti, sejumlah investor justru melihat kondisi tersebut sebagai peluang untuk menempatkan dana.
Namun, sebesar apapun peluang itu tetap butuh kejelian untuk menjadikannya benar-benar menguntungkan, tak terkecuali investasi di apartemen.
Pertimbangan investasi
Hasan Pamudji dari Knight Frank Indonesia mengatakan, hal pertama harus dipertimbangkan sebelum berinvestasi di apartemen adalah infrastruktur pendukung yang tersedia.
"Apakah ada jalan tol baru, jalur kereta, atau infrastruktur pendukung lain," katanya seperti dikutip Kontan Edisi Khusus September 2015.
Pertimbangan kedua, lanjut Hasan, adalah ketersediaan fasilitas di kompleks apartemen tersebut. Semakin lengkap fasilitas, ujar dia, semakin tinggi pula nilai tambah apartemen di mata penyewa atau pembeli di masa mendatang.
Ketiga, harus dipastikan pasar yang dibidik untuk apartemen ini kelak. Mengetahui segmen pasar akan membuat calon investor mudah menentukan dengan tepat lokasi apartemen pilihannya. Kawasan industri dengan banyak pekerja ekspatriat adalah salah satu contoh lokasi apartemen yang berpotensi menjadi lokasi investasi.
Namun, kata Hasan, investor juga harus bisa mengukur kemampuan segmen pasar yang dibidik untuk tinggal di lingkungan tertentu. Informasi ini merupakan dasar untuk penentuan harga jual atau sewa yang nantinya dibanderol.
Pada sejumlah kasus, ada apartemen laku keras karena semua unitnya ludes terjual. Tetapi, tingkat hunian hunian apartemen itu rendah. Apartemen dengan kondisi serupa bukanlah pilihan yang disarankan untuk investasi. Situasi ini bisa diantisipasi antara lain dengan mempelajari reputasi pengembang apartemen tersebut.
Rekomendasi berikutnya, kata Hasan, adalah mempertimbangkan tingkat ketersediaan rumah tapak di sekitar apartemen. Daya tarik apartemen cenderung tinggi jika pasokan rumah tapak di sekitar lokasi itu sedikit atau harganya mahal, sekalipun masih terbentang lahan luas. Alasan ini yang membuat kawasan penyangga Ibu Kota tak layak menjadi lokasi pilihan berinvestasi apartemen.
Rekomendasi pengembang pada akhirnya menjadi salah satu kunci penentu untuk menjatuhkan pilihan investasi. Performa pengembang dalam memasarkan apartemen pada umumnya sejalan dengan reputasi yang baik, sekaligus menjanjikan kenaikan nilai investasi dari waktu ke waktu.
Baca juga: 5 Hal Wajib Diketahui tentang Apartemen Buatan Jepang di Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.