"Kenapa orang-orang datang ke kota walaupun tidak ada insentif? Apakah mereka salah? Apa mereka sengaja mau merugikan sendiri?" ujar Sekretaris Jenderal UN Conference on Housing and Sustainable Urban Development Joan Clos saat pidato acara Asia Pacific Regional Meeting Habitat III di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (21/10/2015).
Dari pertanyaan penting tersebut, lanjut Clos, muncullah jawaban yakni ada kekuatan yang mendorong orang ke kota. Kekuatan ini, diprediksi karena orang ingin masa depan yang lebih baik. Jika generasi pertama tidak bisa mendapatkannya, mereka rela berkorban untuk generasi kedua atau ketiga.
Menurut Clos, hal ini sangat signifikan memengaruhi kehidupan orang-orang. Dengan demikian, perhatian politik setingkat pemerintah sangat dibutuhkan. Demikian halnya dalam merumuskan definisi terkait perkotaan.
"Sistem harus dirancang dengan baik, misalnya di mana ada pasar, sekolah, kesehatan, dan sebagainya. Elemen-elemen ini yang harus dirancang dengan baik," jelas Clos.
Ada kecenderungan orang-orang secara spontan pindah ke kota. Padahal, tidak semua orang bisa tinggal di sana. Untuk itu, membenahi kota adalah hal utama, misalnya dengan membuat kebijakan nasional untuk mencegah kota semakin semrawut.
Sementara itu, di Benua Asia, penduduknya memiliki realitas yang berbeda. Kawasan ini lebih kaya dibandingkan kawasan lainnya di Eropa maupun Amerika. Cakupan atau rentang masalahnya pun menjadi sangat beragan.
"Kita harus mencari beberapa hal spesifik tentang hal ini. Kita harus cepat belajar apa saja model urban yang cocok diterapkan di Asia," terang Clos.