KOMPAS.com - Siapa kira lima tahun lalu, investasi di Vietnam bisa dikatakan sebuah pertaruhan sama halnya dengan berjudi? Tetapi, kini, merek-merek mentereng macam Louis Vuitton, Hermes, Prada, dan merek 'jalanan' seperti Starbucks, serta merek Asia AEON, justru berkembang pesat memperebutkan kelas menengah atas di negara ini.
Vietnam terkini merupakan pasar paling berkembang di kawasan Asia Tenggara. Terlebih pasca-pelonggaran aturan investasi yang bisa dilakukan oleh perusahaan asing, pembeli asing, dan orang-orang Vietnam yang hidup di perantauan atau Viet Kieu.
"Meskipun belum jelas seberapa besar dampak perubahan peraturan tersebut, namun jelas itu merupakan langkah besar dalam arah yang benar. Sekaligus memberikan kepercayaan bagi asing untuk melakukan investasi jangka panjang tanpa khawatir tentang batasan-batasan tertentu," ujar perwakilan firma hukum Baker & McKenzie Ho Chi Minh City.
Selain masuknya merek-merek asing mewah, melejitnya Vietnam juga ditandai dengan penjualan proyek-proyek properti eksklusif dengan sasaran orang asing dan para Viet Kieu di Ho Chi Minh dan Hanoi. Tak tanggung-tanggung, ada satu proyek yang terjual sebanyak 112 unit hanya dalam waktu dua jam.
Pencakar langit ini akan menggenapi cakrawala kota yang sebelumnya dihiasi Bitexco Financial Tower, Vietcombank Tower dan Saigon One Tower yang seluruhnya memiliki ketinggian di atas 40 lantai.
Menurut riset JLL, semua itu dimungkinkan karena Vietnam sedang menggenjot pembangunan infrastruktur. Bahkan lembaga ini menempatkan Ho Chi Minh sebagai kota paling prospektif dalam City Momentum Index.
Transformasi
Menariknya, tidak hanya kota Ho Chi Minh dan Hanoi yang menarik perhatan investor, melainkan seluruh kota. Dalam beberapa tahun terakhir Vietnam menjadi bidikan pengembang-pengembang raksasa macam Capital Land, Keppel Land dan Mapletree, Warburg Pincus dan GIC.
Transaksi terbesar pada kuartal kedua tahun ini adalah empat proyek Indochina Land Holdings Ltd yang dibeli Gaw Capital Partners senilai 106 juta dollar AS, termasuk termasuk Hyatt Regency Danang. Investasi yang cukup besar juga dilakukan Samsung dan menjadikannya sebagai salah satu investor terbesar di negara itu di sektor manufaktur. Samsung memimpin dengan rencana berinvestasi hingga 20 miliar dollar AS pada 2017.
"Kami melihat banyak investor dan pengembang asing mencoba mendapatkan pijakan di negara ini. Ditambah fakta bahwa Vietnam dianggap cukup menguntungkan dibandingkan dengan banyak pasar Asia Tenggara lainnya. Vietnam mengalami pertumbuhan dan muncul sebagai pasar yang menjanjikan," kata Country Head JLL Vietnam Stephen Wyatt.
Sama halnya dengan Indonesia, Vietnam juga tak luput dari paparan krisis keuangan global. Pinjaman melambat seiring lumpuhnya bank milik negara akibat kredit macet. Kenaikan inflasi dan melonjaknya suku bunga membawa pasar properti vakum beberapa saat. Kegiatan mulai pulih kembali pada kuartal akhir 2013 saat suku bunga juga meningkat.
Kondisi ini membuat beberapa perusahaan seperti Samsung, Microsoft dan LG Electronics, yang sudah memiliki pabrik di China, mendirikan fasilitas manufaktur di Vietnam.
"Vietnam untuk beberapa waktu ke depan dalam beberapa hal lebih maju ketimbang Thailand dan Indonesia," pungkas Wyatt.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.