Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dollar Tinggi, Harga Bahan Bangunan di Toko Masih Stabil

Kompas.com - 14/09/2015, 18:30 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tingginya nilai tukar dollar AS hingga mencapai di atas Rp 14.000 pekan ini berpengaruh terhadap subsektor properti. Meskipun begitu, harga bahan bangunan eceran terpantau masih stabil.

"Tak ada kenaikan (harga), karena ini komponen lokal. Yang ada kenaikan itu yang impor karena terpengaruh dollar AS," ujar pemilik TB Jaya Baru, Indra, kepada KOMPAS.com, Senin (14/9/2015).

Indra menuturkan, pasar lokal saat ini sangat bersaing. Produsen bahan bangunan tidak akan menaikkan harga meskipun hanya sedikit karena kondisi penjualan saat ini cenderung sepi.

Dia mengatakan, penjualan yang menurun saat ini paling dirasakan pada proyek-proyek besar. Penjualan di pabrik, lanjut Indra, menurun cukup jauh, yakni sekitar 30-40 persen. Sementara di toko yang menjual bahan bangunan secara eceran, penurunan penjualan tidak terlalu tinggi. Pasalnya, konsumen hanya membeli bahan bangunan dalam jumlah sedikit untuk renovasi rumah.

"Eceran paling tinggi 10 persen sampai 20 persen penurunannya, karena orang bangun sedikit-sedikit. Yang banyak membangun itu kontraktor, jadi kalau dia berkurang satu proyek saja, toko-toko besar akan kena," kata Indra.

Indra menambahkan, stabilnya harga saat ini terjadi sejak sebelum Lebaran. Adapun harga bahan-bahan bangunan yang terpantau stabil antara lain semen, pasir, besi beton, dan bata. Untuk Semen Holcim, misalnya, Rp 66.000 per 50 kg, sedangkan Semen Tiga Roda Rp 68.000 per 50 kg. Adapun pasir putih Rp 300.000 per meter persegi dan besi beton Rp 7.000 per kg.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau