Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk Kiswodarmawan mengatakan, pihaknya kapok bekerja sama dengan negara-negara di jazirah Arab. Pasalnya, sudah dua kali perseroan terlibat menjadi kontraktor proyek-proyek di sana, tetapi dua kali pula mengalami kejadian tidak menyenangkan. Bahkan, salah satu di antaranya merugi.
"Kami kapok, tidak akan lagi mengambil proyek di sana. Pertama, untungnya tidak seberapa. Kedua, orang-orang (perusahaan) di sana maunya menang sendiri," ungkap Kiswodarmawan kepada Kompas.com, Sabtu (12/9/2015).
Adhi Karya, lanjut Kiswodarmawan, pada Juli 2007 mengerjakan proyek Tilal Complex di Oman. Ini merupakan properti multifungsi atau mixed use development yang terdiri atas hotel, pusat belanja, apartemen, dan kantor. Nilai kontrak saat itu sebesar Rp 969 miliar.
Pekerjaan tersebut, imbuh Kiswodarmawan, diselesaikan tepat waktu pada 2009. Meski tepat waktu, keuntungan yang didapat tidak sesuai dengan ekspektasi. Jadi, ketika ditawari untuk kembali mengerjakan proyek sejenis di lain lokasi di Oman, Adhi Karya dengan tegas menolaknya.
"Untungnya sangat sedikit. Mereka tidak memberi kita ruang untuk melakukan negosiasi. Ya sudah kita tidak mau terusin," kata Kiswodarmawan.
Proyek lainnya adalah hotel Shangri-La di Qatar. Kiswodarman berkisah, proyek ini sangat menguras tenaga, pemikiran, sumber daya, dan juga dana perseroan. Adhi Karya mengalami kerugian sekitar Rp 234 miliar akibat berselisih dengan Al Habtoor Engineering LLC selaku kontraktor utama.
"Dua kejadian itu bikin kita tidak akan pernah mau lagi menerima tawaran atau mengerjakan proyek-proyek di negara-negara Arab sana," kata Kiswodarmawan.