Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Waduk Kering, Lima Lainnya Defisit Air

Kompas.com - 02/08/2015, 21:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak dilakukan pemantauan secara intensif pada Mei 2015 terhadap 16 waduk dari total 147 waduk yang diamati tinggi muka airnya, terdapat dua waduk dalam kondisi kering dan lima waduk dalam kondisi defisit air.

Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (SDA-PUPR) Mudjiadi mengatakan hal tersebut saat meninjau Waduk Kedungombo, di Jawa Tengah, Sabtu (1/8/2015).

Dua waduk dalam kondisi kering adalah Wadas Lintang, dan Sempor di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Sedangkan lima waduk dalam kondisi defisit air adalah Keuliling di Kabupaten Aceh Besar, Batu Tegi di Kabupaten Tanggamus, Saguling di Kabupaten Bandung Barat,Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri, dan Bening di Kabupaten Madiun.

Sementara empat lainnya dalam kondisi normal yakni Jatiluhur di Kabupaten Purwakarta, Cirata di kabupaten Purwakarta, Sermo di Kabupaten Kulonprogo, dan Sutami di Kabupaten Malang.

Upaya penanganan kekeringan yang dilakukan secara komprehensif oleh Ditjen SDA Kementerian PUPR adalah melakukan penanganan secara rutin dan berkelanjutan. Antara lain berupa program pembangunan 65 bendungan, pembuatan tampungan kecil berupa embung, dan melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk meminimalisasi kebocoran sepanjang jaringan irigasi.

"Selain itu, kami melakukan kaji ulang pola tanam dan efisiensi penggunaan air irigasi secara bergilir, pemantauan muka air waduk per minggu serta memberikan penyuluhan kepada petani bagaimana memanfaatkan air secara efisien, berikut standard operational procedure (SOP) penggunaan air tahunan,” tutur Mudjiadi.

Mudjiadi menjelaskan, penyebab terjadinya kekeringan tidak hanya perubahan musim tetapi juga pelanggaran pola tanam yang dilakukan petani. Seharusnya polanya adalah menanam padi-palawija-padi, tetapi kebanyakan petani menggunakan pola tanam padi-padi-padi. 

"Jadi ketaatan petani pada pola tanam dan penggunaan air sangat berpengaruh pada kekeringan,” tambah Mudjiadi.

Guna mengatasi kekeringan, Kementerian PUPR menyediakan 761 unit unit pompa air dengan kapasitas 10 liter sampai 30 liter per detik dan kapasitas 5 liter sampai 150 liter per detik. Pompa-pompa air tersebut tersebar di 11 Balai Wilayah Sungai/Balai Besar Wilayah Sungai (BWS/BBWS) di 9 Provinsi yakni Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Jawa Timur. 

Upaya lain yang dilakukan Kementerian PUPR adalah menyuplai air bersih melalui mobil tanki dan hidran umum pada daerah-daerah yang mengalami krisis air bersih, membuat sumur-sumur dalam yang dilengkapi pompa, dan meminimalisasi kebocoran air di sepanjang jaringan irigasi.

Kementerian PUPR juga menggalakkan efisiensi penggunaan air dilakukan melalui sistem penggiliran dalam penggunaan air dan teknologi irigasi hemat air, melakukan pemantauan intensif terhadap ketersediaan air di waduk untuk mengetahui tingkat kekeringan melalui monitoring evaluasi muka air waduk.

Untuk Waduk Kedungombo, Mudjiadi mengatakan kondisinya masih normal dari segi ketersediaan airnya. Hal ini dilihat dari ketinggian muka air normal dengan elevasi sekitar 90.00 dengan in flow rata-rata 723 juta meter kubik.

Adapun penggunaan air di Waduk Kedungombo lebih banyak dimanfaatkan untuk penyediaan air baku 2.510 liter per detik, penyediaan air irigasi untuk 61.444 hektar, pembangkit tenaga listrik sebesar 23,90 megawatt, pengendalian banjir dengan meredam banjir Sungai Serang sebesar 2.460 meter kubik per detik, serta pariwisata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau