Boleh jadi, cuma orang bermodal nekad yang bisa menjadikan tanah seharga miliaran itu laku dibeli orang. Orang itu adalah Marcellus Chandra, Presiden Direktur PT Prioritas Land Indonesia, yang ditemui KOMPAS.com, Sabtu (4/7/2015) lalu.
"Enam bulan kemudian ternyata laku, dan awalnya memang tak semulus itu menjualnya. Saya ajak calon customer ke situ. Jangankan melihat lokasinya, turun dari mobil saja mereka tak mau. Pusing kepala saya," kata lelaki akrab disapa Marcell itu seraya terbahak.
Ia akui, bukan cuma rasa percaya diri dibutuhkan untuk terjun sebagai pemula di dunia properti, tapi juga modal nekad. Tanpa itu, lanjut dia, membuat keputusan bisnis akan sulit, terutama untuk menakar risiko dan menghitung keuntungan.
"Dari kecil saya selalu suka dan terinspirasi mendengar cerita tentang pengembang-pengembang besar yang luar biasa. Seperti Ciputra misalnya, dia bisa menciptakan dinasti properti dengan nilai bisnis triliunan. Cita-cita saya, saya ingin seperti itu," ujar Marcell.
Insiyur teknik sipil di University of New South Wales (UNSW), Australia, itu mengisahkan awal perjalanannya mendirikan Prioritas Land Indonesia pada 2011 bersama rekannya, Victor Irawan. Saat masih studi di Negeri Kanguru itu, Marcell mengaku, dirinya adalah pribadi yang kaku, tidak bergaul, dan susah bicara di depan orang banyak.
"Jangankan ngomong, bertemu cewek saja saya malu. Bicara di depan 50 orang itu saya bisa terkencing-kencing. Prinsip saya, lebih baik mati daripada bicara di depan orang banyak. Stres saya," kenang Marcell, lagi-lagi.
Sepulang dari Australia pada 2005 itulah ia memutuskan terjun ke dunia penjualan. Ia sempat mengenyam pengalaman sebagai penjual jasa TV kabel. Berminggu-minggu ia ditempa, dari pintu ke pintu menawarkan jasa itu. Ia akui, sejak itulah kepribadiannya berubah.
"Sekarang, mau bicara dengan berapa banyak orang, pasti saya ladeni," katanya.
Sampai akhirnya, keduanya sepakat membeli lahan seluas 8.000 meter persegi di kawasan Nusa Dua. Lahan berupa hutan lebat dan semak perdu itu dirancangnya dengan konsep vila bernama "Majestic Point Villas".
"Waktu itu kami jual per unit Rp 6 miliar, sekarang harganya sudah Rp 15 miliar. Cuma tiga tahun, naiknya tiga kali lipat. Kemarin saya bertemu dengan salah satu pembeli dan dia bilang untung banyak sekali setelah dijual lagi Rp 15 miliar. Edan, lebih untung dari kami sebagai pengembangnya," tuturnya.
Diapit raksasa
Muda dan selalu bergairah. Itulah kunci sukses Marcell mengelola bisnis propertinya di bawah bendera Prioritas. Terhitung setelah proyek pertama di Nusa Dua itu, hanya dalam waktu tiga tahun Prioritas membangun lima proyek properti besar hingga hari ini. Dari Bali, Marcell bertutur, ia lalu mencaplok kawasan Gading Serpong, Tangerang.
Di situlah modal nekadnya kembali diuji. Maklum, menurut Marcell, proyeknya di Gading Serpong itu diapit para pengembang raksasa yang sudah lebih dulu mendominasi, mulai Paramount, Summarecon, dan lainnya. Toh, Marcell tetap melaju.