Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tidak Ada Kota Cerdas kalau Tidak Ada Listrik"

Kompas.com - 09/06/2015, 21:42 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk menjadikan kota-kota di Indonesia menjadi kota cerdas, terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi. Country President Schneider Electric Indonesia Riyanto Mashan mengatakan sebelum mengubah kota-kota menjadi cerdas, ada beberapa hal yang perlu dibenahi, antara lain soal kelangkaan listrik dan infrastruktur yang tidak memadai.

"Tantangan pertama adalah kelangkaan energi. Selain itu, electrical ratio belum menjangkau semua wilayah. Baru 84 persen," ujar Riyanto saat acara New Cities Summit Jakarta 2915, di Hotel Raffles, Jakarta, Selasa (9/6/2015).

Ia menjelaskan, jangkauan listrik belum memenuhi kebutuhan pulau-pulau terluar. Bahkan, di sekitar Yogyakarta saja, ada daerah yang belum teraliri listrik. Hal tersebut adalah tantangan pemerintah sebagai penguasa tunggal untuk memberikan akses energi kepada masyarakat.

Untuk memenuhinya, pendanaan listrik memerlukan setidaknya 84 miliar dollar AS atau Rp 1,2 triliun. Pemerintah telah merencanakan untuk membangun 35.000 megawatt pembangkit baru, termasuk juga transmisi dan distribusinya.

Kemampuan pemerintah sendiri, kata Riyanto, hanya mampu sepertiganya. Sementara sisanya harus didanai bank ataupun investor luar. Tantangan ini, juga terlihat dari kesanggupan pemerintah sebelumnya, yang tiap tahun hanya mampu membangun 5.000 megawatt.

"Bukan sesuatu yang bisa dicapai 5 tahun. Saya kira itu ambisi, tapi masih banyak yang perlu dilakukan untuk mencapai (target 35.000 megawatt) 5 tahun. Tidak ada smart city kalau tidak ada listrik," jelas Riyanto.

Selain listrik, lanjut dia, infrastruktur jalan di Indonesia dinilai masih kurang. Hal tersebut tercermin dari ongkos logistik Indonesia yang merupakan salah satu tertinggi di Asia. Riyanto menjelaskan, ongkos barang dari pabrikan sampai menjangkau konsumen mencapai 15-20 persen dari total biaya.

Dengan demikian, kata Riyanto, pemerintah perlu memperhatikan dan membangun sarana transportasi, baik untuk barang maupun manusia. Mengingat betapa masifnya kebutuhan infrastruktur di Indonesia.

Tidak hanya itu, Indonesia juga masih bermasalah soal ketahanan pangan. Menurut Riyanto, saat ini penduduk berjumlah 250 juta jiwa. Diperkirakan, dalam 10 tahun lagi, jumlah penduduk bisa mencapai 400 juta jiwa.

"Kita harus memikirkan bagaimana anak cucu kita mendapatkan akses ke sumber pangan yang cukup. Kita segalanya masih suka impor ini, impor itu. Secara keseluruhan, ketahanan pangan belum optimal," tutur Riyanto.

Ia menilai, konsep pemerintah saat ini sudah benar karena berupaya menyediakan sarana irigasi. Sarana ini bisa untuk mengairi sawah dan mendukung ketahanan pangan supaya lebih baik lagi.

Riyanto menyimpulkan, tantangan-tantangan tersebut merupakan satu kesatuan rantai yang harus dibangun secara bersama-sama. Jika tidak begitu, Indonesia tidak bisa menciptakan kota cerdas yang efisien dalam konsumsi energi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Situbondo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Situbondo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jombang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jombang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Pulang Dinas dari AS, AHY Sayangkan Investor Kabur karena Masalah Tanah

Pulang Dinas dari AS, AHY Sayangkan Investor Kabur karena Masalah Tanah

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sampang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sampang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Trenggalek: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Trenggalek: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sumenep: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sumenep: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bondowoso: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bondowoso: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tulungagung: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tulungagung: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Gresik: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Gresik: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangkalan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangkalan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Magetan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Magetan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com