Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/05/2015, 07:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Produksi mortar atau perekat menjadi salah satu indutri penunjang properti yang menjanjikan. Pasalnya, belum banyak yang memahami pentingnya perekat ini di dalam konstruksi bangunan.

Direktur PT Adiwisesa Mandiri Building Albertus Indra Sasmitra mengatakan hal tersebut kepada Kompas.com di Kantor Pusat AM, Jakarta, Rabu (20/5/2015).

"High rise building setidaknya di atas 50 persen yang sudah menggunakan perekat. Residensial masih sangat sedikit," ujar Albertus.

Ia menuturkan, penggunaan perekat sudah sangat populer di Eropa, Amerika, dan negara-negara maju lainnya. Namun tidak demikian di Indonesia. Para kontraktor ataupun tukang, masih menggunakan metode lama, yaitu membuat perekat sendiri.

Mereka bertahan dengan cara lama ini karena berpikir biayanya lebih murah dibandingkan membeli perekat instan seperti yang diproduksi oleh Adiwisesa. Meski begitu, Albertus yakin metode ini lama kelamaan akan tergerus oleh waktu.

Nantinya, end user atau konsumen lebih menginginkan perekat yang instan. Hal ini dimungkinkan karena rumah-rumah yang ada saat ini, khususnya di kota besar, memiliki halaman yang kecil. Sementara pasir yang diayak untuk membuat perekat, membutuhkan tempat yang luas.

Dengan demikian, jika pemilik ingin mengganti keramik atau ubin dan para tukang bertahan dengan cara lama, mau tidak mau, pasir harus diayak di luar halaman rumah atau di jalan. "Tahu sendiri kalau mengayak itu butuh paling tidak 5 meter. Itu tidak sedikit lho. Lama-lama bisa ganggu tetangga juga," jelas Albertus.

Ada pun pada bangunan tinggi di atas lima lantai, tambah dia, mengayak juga menyulitkan. Ia menggambarkan, para tukang ini harus mengangkut ayakan sampai ke beberapa lantai saat pembangunan gedung. Hal ini, sangat tidak praktis.

Oleh sebab itu, Albertus yakin, ceruk pasar untuk perekat ini masih sangat luas. Ditambah lagi, pembuatan kolam renang juga semakin umum.

"Kami juga sediakan perekat untuk ubin kolam renang. Sekarang sudah banyak permintaan kolam renang di rumah. Biasanya, konsumen ingin buat kolam renang yang dempet dengan dinding rumah. Kalau perekatnya asal-asalan, air bisa merembes," sebut Albertus.

Dengan tingkat kaporit yang tinggi, lanjut dia, maka potensi korosi juga ikut meningkat. Kalau sudah bocor dan lembab dinding bisa terkelupas. Perawatannya malah semakin mahal.

Tidak sampai di situ, Albertus menambahkan, bukti lainnya ceruk pasar perekat cukup besar adalah karena pembangunan properti di Indonesia terus meningkat. Mengingat kebutuhan rumah masih tinggi, yaitu 13 juta unit. Dalam setahun, pemerintah setidaknya membangun 800.000 unit.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com