Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Properti Serpong Makin Seksi

Kompas.com - 02/05/2015, 18:18 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

SERPONG, KOMPAS.com - Siapa bilang pasar properti Serpong sudah jenuh, dan masuk masa paceklik alias matahari terbenam (sunset)? Anggapan tersebut ditepis konsultan properti, Lily Tjahnadi.

Menurut dia, justru saat ini Serpong tengah mengalami masa bulan madu. Ada banyak generasi muda usia produktif, lulusan perguruan tinggi mancanegara yang kembali ke Indonesia. Ditambah para lulusan perguruan tinggi domestik yang jumlahnya cukup signifikan. Mereka tidak saja membutuhkan hunian, melainkan juga tempat usaha.

"Dan Serpong merupakan tempat yang mereka pilih baik untuk tinggal maupun berusaha. Karena selain harga propertinya relatif masih lebih murah jika dibandingkan dengan properti pusat kota Jakarta, juga alasan lingkungan, kelengkapan infrastruktur, dan aksesibilitas," papar Lily kepada Kompas.com, usai prosesi selebrasi ground breaking Roseville SOHO & Suites, di Serpong, Sabtu (2/5/2015).

Generasi muda dengan rentang usia antara 25 tahun hingga 35 tahun ini, kata Lily, akan mencari tempat yang ideal, sesuai dengan keterjangkauan alias daya beli. Tak mengherankan bila beberapa properti anyar yang dipasarkan di Serpong dengan harga kompetitif dan berkonsep one stop living, langsung diserbu pembeli.

Satu di antaranya adalah Roseville SOHO & Suites yang dibesut Grup Aldebaran. Proyek yang baru diluncurkan akhir tahun lalu ini sudah terjual 55 persen dari total 143 unit small office home office (SOHO), 881 unit apartemen, termasuk 9 unit griya tawang (penthouse).

Menurut Managing Director Grup Aldebaran, Fransiscus Lugito, pasar antusias terhadap produk ini karena harganya masih berada pada posisi di bawah Rp 25 juta per meter persegi.

"Saat ini harga jual sekitar Rp 20 juta per meter persegi, baik untuk unit SOHO, maupun unit apartemennya. Bandingkan dengan produk sejenis dari pengembang lain yang sudah mencapai angka Rp 30 juta per meter persegi," tandas Fransiscus.

Roseville SOHO & Suites menempati area seluas 7.225 meter persegi, di area central business district (CBD) BSD City. Konstruksinya dimulai sejak 11 April 2015 lalu, sekaligus sebagai penanda atau bentuk komitmen terhadap konsumen yang telah membeli unit-unit SOHO dan apartemen.

"Kami jadwalkan pembangunan konstruksi selama dua setengah tahun. Sehingga serah terima kunci bisa dilakukan secara bertahap awal 2018," tambah Fransiscus.

Varian unit Roseville SOHO & Suites mulai dari tipe studio berukuran 30 meter persegi, suite satu kamar tidur berdimensi 42 meter persegi, suite dua kamar tidur seluas 60 meter persegi, garden suite seluas 60 meter persegi plus taman seluas 16 meter persegi, serta griya tawang berukuran 122 meter persegi yang dilengkapi jacuzzi.

Dengan patokan harga senilai Rp 20 juta per meter persegi, maka uang yang harus dikeluarkan dari kocek para calon pembeli dari kalangan muda ini adalah sekitar Rp 600 juta hingga Rp 2,5 miliar per unit.

"Cukup terjangkau untuk kalangan muda, keluarga muda, dan yang baru memulai usaha (start up company). Biaya servisnya (service charge)-nya pun murah hanya sekitar Rp 20.000 per meter persegi per bulan," ujar Lily.

Sementara, bila harus berkantor atau tinggal di pusat kota, harga propertinya sudah mencapai Rp 40 juta-Rp 100 juta per meter persegi, dengan biaya servis mulai dari Rp 100.000-Rp 150.000 per meter persegi per bulan.

Makin menggeliat

Meskipun secara makro, ekonomi tengah lesu yang berdampak signifikan terhadap perlambatan pertumbuhan sektor properti, namun untuk beberapa lokasi yang masuk kategori sunrise, geliatnya justru semakin tampak.

Lily menjelaskan, perlambatan tidak akan mampir di kawasan-kawasan strategis berfasilitas lengkap, dengan askesibilitas memadai. Properti di lokasi dengan karakteristik seperti ini justru akan kian diminati.

"Serpong satu di antaranya. Empat akses, dua di antaranya akses eksisting yakni Tol Jakarta-Merak via Kunciran, dan Tol Jakarta Outer Ring Road, melintasi kawasan ini. Akses tol ini semakin menjadikan Serpong lebih terbuka dan berpotensi untuk tumbuh lebih tinggi," kata Lily.

Faktor lainnya yang membuat Serpong justru semakin menggeliat adalah, pasar dengan ceruk yang lebar. Mulai dari kalangan bawah, menengah bawah, menengah-menengah, menengah-atas, hingga atas, jumlahnya luar biasa banyak.

"Pola migrasi urban juga turun memengaruhi densitas populasi Serpong yang pada gilirannya sangat membutuhkan hunian dan tempat usaha. Kebutuhan dan pasokan akan terus berlangsung dengan dinamis sehingga mencapai posisi seimbang," imbuh Lily.

Tingginya kebutuhan akan hunian, dan tempat usaha tersebut menstimulasi kenaikan harga lahan menjadi Rp 20 juta per meter persegi di sepanjang jalur komersial Jl Raya Serpong. Tak ada lagi penawaran lahan luas dengan harga rendah.

"Karena itu, kami menawarkan hunian dan tempat usaha vertikal melalui pemanfaatan atau optimalisasi lahan. Sehingga produk yang kami tawarkan masih bisa dijangkau oleh kalangan muda kelas menengah," timpal Fransiscus.

Selain Grup Aldebaran, pengembang lainnya yang lebih dulu menggarap hunian dan tempat usaha vertikal di Serpong adalah PT Sutera Agung Properti. Pengembang ini bahkan merilis sekuel dari Saumata, yakni Saumata Suites dengan harga jual mulai dari Rp 4,9 miliar untuk unit seluas 149,3 meter persegi.

Menyusul PT Prioritas Land Indonesia dengan proyek Majestic Point Serpong yang saat ini sudah mencapai tahap tutup atap. Berikutnya berturut-turut PT PP Properti dengan Te Ayoma Residences, Pohon Group dengan TreePark Apartments and Commercial, Sinarmas Land dengan Marigold dan beberapa apartemen terjangkau lainnya, dan PT HK Realtindo dengan Kubika Homy.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com