Pertumbuhan jumlah penduduk membuat kebutuhan sumber daya di kota-kota meliputi transportasi, energi, pengelolaan sampah, maupun lingkungan juga meningkat. Dengan demikian, kota perlu pengelolaan yang lebih baik, sesuai dengan perkembangan persoalan yang dialami.
Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung (ITB) Suhono, mengatakan, untuk memperbaiki kehidupan kota, muncul gagasan kota hijau (green city).
"Gagasan ini utamanya untuk mengatasi pencemaran udara kota akibat asap kendaraan bermotor dan polusi pabrik," ujar Suhono saat peluncuran Indeks Kota Cerdas Indonesia, di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Selasa (24/3/2015).
Dalam perkembangannya, menurut Suhono, mewujudkan sekadar kota hijau tidaklah cukup. Indonesia membutuhkan kawasan kota yang lebih layak huni. Indonesia butuh kota cerdas. Kota cerdas atau smart city, merupakan kota yang memiliki teknologi informasi dan komunikasi tinggi untuk membantu mengetahui persoalan di lapangan.
Kota cerdas dapat dinilai dari beberapa faktor, antara lain adalah faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sementara dari sisi ekonomi, kota cerdas merupakan kota yang memaksimalkan sumber daya atau potensi kota termasuk layanan teknologi informasi dan komunikasi. Adapun dari sisi sosial, kota cerdas adalah kota yang memiliki keamanan, kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakat dalam melakukan interaksi.
"Kemudian dari sisi lingkungan, kota cerdas dinilai dari apakah masyarakatnya memiliki tempat tinggal layak huni, sehat, hemat dalam penggunaan energi serta pengelolaan energi," imbuh Suhono.