JAKARTA, KOMOPAS.com - Anjloknya harga minyak mentah dunia hingga sekitar 60 persen sejak pertengahan 2014, memang berdampak besar bagi produsen minyak namun tidak bagi konsumen akhir. Ini berarti dampak penurunan harga minyak tidak signifikan bagi pasar properti.
Managing Director Lamudi Karan Khetan menganalisa kemerosotan harga minyak mentah dunia terhadap bisnis dan industri properti di Indonesia tersebut. Menurutnya, ekonomi Indonesia bukan hanya didorong oleh minyak.
"Sumber daya alam (SDA) seperti minyak dan gas serta pertambangan hanya berkontribusi sekitar 11 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia, dibandingkan misalnya, Nigeria yang sektor migasnya menyumbang sekitar 35 persen dari total PDB-nya," tutur Karan kepada Kompas.com, Rabu (11/3/2015).
Indonesia, lanjut Karan, sering salah diperkirakan sebagai produsen minyak besar karena pernah menjadi anggota OPEC, namun produksi minyak telah berkurang selama dekade terakhir. Malahan, PDB-nya lebih banyak disumbang oleh industri manufaktur hingga 24 persen.
Saat harga minyak dinaikan hingga 44 persen pada pertengahan 2013, harga properti juga naik sekitar 35 persen. Inilah mengapa pasar tidak kaget lagi dengan kenaikan itu. Ekonomi Indonesia didorong oleh para konsumen. Sebagai negara dengan populasi terbanyak keempat di dunia, Indonesia memiliki konsumen yang besar dan konsumsi privat hingga 60 persen dari PDB.
"Bila melihat lebih sedikitnya sumbangan dari industri minyak dalam keseluruhan ekonomi, dampaknya sangat terbatas pada sektor lain dan bahkan lebih sedikit lagi pada pengeluaran konsumen," imbuh Karan.
Alasan lain bisnis dan industri properti tak terpengaruh kemerosotan harga minyak adalah kebiasaan konsumen masih tidak berubah. Dengan harga bensin dan solar sepenuhnya teregulasi, konsumen telah merasakan harga bensin Rp 6.500-Rp 6.700 selama lebih dari setahun. Sebelumnya, pada pertengahan 2013 hingga November 2014, harga BBM melonjak hingga Rp 8500.
Namun demikian, kenaikan tersebut hanya sementara dan kemudian dikurangi hingga Rp 6.700 pada Februari 2015. Selain kenaikan sementara itu, harga bensin tidak banyak berubah selama lebih dari setahun belakangan. Karena itu, konsumen Indonesia selama ini terlindungi dan tidak terlalu merasakan naik turunnya harga minyak dunia.
“Bagi sebuah negara yang didorong oleh konsumen, dan hanya memiliki kontribusi kecil dari minyak dan gas, tidak akan merasakan fluktuasi dari harga minyak dunia. Jadi hal ini tidak terlalu berpengaruh. Pasar properti masih akan menghiraukan perubahan ini hingga status quo-nya benar-benar berubah," pungkas Karan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.