Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dishub DKI Jakarta: JLNT Efektif Mengurai Kemacetan Jakarta

Kompas.com - 26/02/2015, 08:00 WIB
Dimas Jarot Bayu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Bidang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Massdes Arouffy, membantah anggapan kehadiran  Jalan Layang Non Tol (JLNT) tak mampu mengurai kemacetan Jakarta.

Menurutnya, kepadatan kendaraan yang selama ini terjadi telah efektif terurai berkat JLNT, baik JLNT Tanah Abang–Kampung Melayu maupun Blok M–Antasari.

“Secara umum semenjak JLNT kita berlakukan, hal ini lumayan efektif mengurai kepadatan yang sebelumnya mengular panjang. Di area Blok M–Antasari misalnya, dulu kan kemacetan bahkan hingga TB Simatupang. Sekarang lebih sedikit,” ujar Massdes saat ditemui Kompas.com di Kantor Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Rabu (25/02/2015).

Massdes juga mengatakan kapasitas jalur di waktu primer dengan kuantitas kendaraan meningkat telah ditambah. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurai padatnya aktivitas laju kendaraan yang melintas.

“Kapasitasnya kan juga sudah kita tambah, di JLNT Blok M–Antasari kalau pagi kita jadikan satu arah untuk mengurai kepadatan kendaraan. Walaupun kami sadar tentu persoalan kemacetan ini tidak bisa diselesaikan dengan instan, perlu waktu juga. Tapi kita sudah mendistribusikan kepadatan,” tambahnya.

Menurut Massdes, pembangunan JLNT merupakan upaya penambahan jaringan jalan di Jakarta. Saat ini ada ketimpangan antara kuantitas kendaraan dengan jumlah jalan. Hal inilah yang menurut Massdes menjadi sumber kemacetan.

“Membangun JLNT itu bagian dari upaya menambah jaringan jalan di Jakarta. Selain itu, kita memberikan pilihan bagi pengguna jalan. Kalau dia tidak berkebutuhan untuk terus berhenti pasti lebih memilih di atas, efisiensi waktu tempuh juga. infrastruktur itu setidaknya memberikan alternatif bagi masyarakat,” tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, JLNT dianggap masyarakat tidak mengurai kemacetan di Jakarta. Salah satu pengguna kendaraan pribadi, Andhika Putra (22) mengatakan JLNT juga tak terlalu berpengaruh dalam mengurai kemacetan di Jakarta. Pasalnya, masih terjadi kemacetan panjang bahkan di JLNT ketika jam pulang kerja.

“Macetnya sama saja. Kapasitas kendaraan di jakarta itu kan sudah melebihi banyaknya jalan raya. Mungkin jalan layang itu cuma jadi jalur alternatif biar lebih cepat,” ujar Andhika.

Jalur pendukung

Sementara, Pakar Tata Kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, menyatakan pembangunan JLNT sebenarnya telah membantu Jakarta dalam menambah struktur jaringan jalan di Jakarta. Namun, pemerintah nampaknya belum melihat kebutuhan pendukung dari JLNT sendiri untuk mengurai kemacetan.

“Pembangunan JLNT itu sebenarnya membantu mobilitas masyarakat dengan penambahan jumlah jaringan jalan. Namun JLNT juga harus ditunjang dengan kapasitas jalan pendukung, seperti jalan arteri, jalan arteri-sekunder, jalan sekunder, dan jalan primer penghubung. Kalau kita lihat kan sekarang itu semua tidak ada. Jadi siapapun yang memakai JLNT akan tetap kena macet. Pemerintah harus melihat bagaimana JLNT didukung jalan lokal,” ujar Yayat.

Selain itu, Yayat juga menjelaskan perlunya ada perbaikan desain serta ketetapan yang mengatur laju kendaraan pribadi di JLNT. Menurutnya, desain JLNT yang sekarang ada terlalu riskan sehingga membahayakan pengguna.

“Desain (JLNT) yang ada sekarang terlalu riskan. Perlu ada perbaikan agar jalan tidak lagi bergelombang. Selain itu aturan yang ketat untuk menggunakan JLNT juga harus diterapkan. JLNT kan berbeda dengan jalur tapak. Di sana ada perbedaan kecepatan angin. Peraturan untuk motor tidak melaju di JLNT sebenarnya sudah bagus. Kalau bisa juga ada yang mengatur untuk kendaraan roda empat, misalnya masalah kecepatan di JLNT,” tandas Yayat.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau