Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
INVESTASI

Empat Masalah Mengganjal Investasi Asing di Indonesia

Kompas.com - 20/02/2015, 21:23 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia memang masih dianggap destinasi investasi Asia dan dunia. Namun, daya saingnya dinilai jauh masih rendah ketimbang negara-negara lain. Terkait diberlakukannya ASEAN Economy Community, bahkan Indonesia masih kalah ketimbang Malaysia, dan Thailand.

Ada empat masalah yang masih menyandera negeri ini untuk dapat melaju kencang melampaui kompetitornya di kawasan regional Asia Tenggara.

Menurut Managing Director Corporate Strategy and Services Sinarmas land, Ishak chandra, masalah pertama adalah ketersediaan infrastruktur yang masih minim. Padahal infrastruktur termasuk pendorong utama tertariknya investasi asing untuk masuk pasar properti Indonesia.

"Namun, sudah ada kejelasan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) infrastruktur dasar yang sudah dimulai," jelas Ishak kepada Kompas.com, Selasa (17/2/2015).

Masalah kedua, rumitnya perizinan. Ishak mengungkapkan, perizinan sering terjadi tidak dalam satu pintu. Ini yang menyebabkan high cost economy (ekonomi biaya tinggi). Itulah mengapa investor asing yang sudah masuk lebih memilih joint venture (kerjasama modal).

"Perizinan satu pintu yang efektif dan efisien akan meningkatkan daya saing Indonesia ke depan," tutur Ishak.

Masalah keempat, tingginya pinjaman perbankan. "Bunga di Indonesia paling tinggi di kawasan Asia Tenggara. Ini menyebabkan biaya konstruksi menjadi lebih mahal, operational cost juga jadi jauh lebih tinggi," kata Ishak.

Padahal, menurut Technical Advisor Savills PCI, Rupert Provest, jika empat masalah tersebut dapat diatasi, pasar properti Indonesia bisa melaju kencang. Pasalnya, negeri ini merupakan promising market dengan demografi kelas menengah berpendapatan tinggi terbanyak.

"Saat ini saja, Indonesia diminati oleh investor regional Asia Tenggara plus three, serta dari Hongkong, Taiwan, Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Inggris" tutur Rupert.

Investor-investor tersebut memiliki ketertarikan untuk mengakuisisi gedung perkantoran yang sudah beroperasi, residensial dan juga kawasan industri. Menariknya, tak hanya investor institusional melainkan juga individual serta lembaga investasi berbasis syariah. Saat ini sudah ada yang masuk, terutama di sektor residensial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau