Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI), Sanny Iskandar, mengungkapkan hal tersebut kepada Kompas.com, Rabu (18/2/2015).
"Meski secara kisaran relatif sama, namun patokan harga lahan kawasan industri berbeda-beda. Tergantung pada reputasi kawasan industri, luas area yang dibeli, dan lokasinya tentu di dalam kawasan industri," tutur Sanny.
Meskipun harga lahan kawasan industri stabil, menurut Sanny, tidak menyurutkan minat investor untuk membelinya. Sepanjang 2014, tercatat seluas 450 hektar lahan kawasan industri terserap pasar.
Dalam catatan HKI, tingkat serapan lahan kawasan industri tahun 2014, jauh menurun ketimbang kinerja tiga tahun terakhir. Pada 2011 terserap 1.200 hektar, 2012 terserap 650 hektar dan 2013 terserap 450 hektar.
Menurut Head of Research and Advisory Cushman & Wakefield Indonesia, Arief Rahardjo, mayoritas permintaan lahan kawasan industri masih berasal dari industri otomotif terutama yang berasal dari Jepang.
"Pabrik otomotif besar, misalnya dari Jepang, sudah ada di sini. Mereka yang masuk adalah supporting industry di bidang otomotif," ujar Arief.
Dia menuturkan, meski permintaan mengalami kenaikan, namun penambahan pasokan baru jauh lebih besar. Akibatnya, tingkat penjualan kumulatif terus mengalami penurunan menjadi 76,5 persen. Angka ini merupakan tingkat penjualan terendah dalam lima tahun terakhir.
Ada pun pasokan baru tahun ini akan berasal dari dua pengembangan kawasan industri baru masing-masing Artha Industrial Hills seluas 390 hektar dan Podomoro Industrial Park (PIP) yang dikembangkan di atas lahan seluas 542 hektar.
PIP terbagi atas dua lokasi, yakni pengembangan pertama yang sudah dimulai dengan lahan seluas 325 hektar dan pengembangan kawasan industri masa depan (future development) dengan cadangan lahan 217 hektar.
"Tahun ini pasokan lahan kawasan industri diharapkan berasal dari kedua proyek tersebut, masing-masing Artha Industrial Hills yang dikembangkan Artha Graha Group, dan Podomoro Industrial Park yang dibangun Agung Podomoro Group," terang Sanny.