Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catat, Ini 10 Pengembang yang Kerap Diadukan Konsumen!

Kompas.com - 13/02/2015, 07:00 WIB
Dimas Jarot Bayu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sepanjang 2014, pengaduan mengenai properti, terutama rumah tapak dan apartemen, tercatat sebanyak 157 kasus. Berdasarkan data Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), 157 kasus tersebut dikeluhkan ke sekitar 100 pengembang.

Dari 157 kasus tersebut, terdapat 17 jenis keluhan, seperti ingkar janji pihak pengembang, keterlambatan serah terima unit bangunan, keterlambatan serah terima sertifikat, pengembalian dana yang tidak segera diselesaikan, serta ketersediaan fasilitas khusus dan umum.

Terdapat juga keluhan mengenai perbedaan kualitas, spesifikasi, dan desain tata letak bangunan, perjanjian pengikatan jual beli (PPJB), akta jual beli, dan hak guna bangunan, iuran pengelolaan lingkungan (IPL), serta penjadwalan ulang cicilan.

Sedangkan pengaduan lainnya adalah tanah properti yang dijual mengalami sengketa, perbedaan luas selisih bangunan, promo brosur tak sesuai, keanggotan Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun (P3SRS), pelayanan yang tidak memuaskan, klausula baku, somasi advokat, dan lain-lain.

Adapun 10 pengembang yang mendapat keluhan terbanyak dan diadukan ke YLKI yaitu:

1. PT Buana Kassiti, sebanyak tiga kasus
2. PT Summarecon Agung Tbk, tiga kasus
3. Perum Perumnas, tiga kasus
4. PT Mitra Safir Sejahtera, tiga kasus
5. Agung Podomoro Group, dua kasus
6. PT Cipta Diamond Property, dua kasus
7. PT Adhi Realty, dua kasus
8. PT Karya Makmur, dua kasus
9. PT Selaras Mitra Sejati, dua kasus
10. PT Laguna Alamabadi, dua kasus

Menurut Koordinator Pengaduan dan Hukum YLKI, Sularsi, sebenarnya jumlah kasus yang terkait pengembang-pengembang tersebut lebih banyak. Namun, banyak kasus tersebut yang terpecah di beberapa anak perusahaan.

“Kami belum bisa menggabungkan keluhan-keluhan dalam kategori pengembangnya karena kurangnya data mengenai perusahaan pengembang. Masih banyak keluhan yang masuknya hanya ke anak perusahaan si pengembang tersebut,” ujar Sularsi ketika ditemui Kompas.com di Jakarta, Kamis (12/2/2015).

Pada tahun 2014, tren keluhan properti dari konsumen lebih banyak mengarah pada properti rumah susun. Sularsi menjelaskan, pembangunan perumahan vertikal yang mulai berkembang ini meningkatkan keluhan atas properti perumahan hingga 12,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 121 kasus.

Meningkatnya jumlah pengaduan mengukuhkan posisi sektor properti di tempat kedua tertinggi atau 13,7 persen dari total sebanyak 1.192 pengaduan. Adapun sektor perbankan menempati posisi pertama dengan 210 pengaduan dan telekomunikasi pada posisi ketiga dengan 133 pengaduan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau