Menurut Arief, masyarakat Kalimantan Timur, khususnya di Balikpapan, dan Samarinda, sudah jauh lebih cerdas. Pengembang tidak bisa seenaknya lagi memasarkan rumah atau apartemen hanya bermodal gambar.
"Berkaca pada pengalaman masa lalu, memang banyak pengembang tidak jelas, nakal, mengutip uang muka lalu lari. Sekarang hal itu tidak mungkin bisa dilakukan lagi, karena konsumen sudah kritis dan jauh lebih cerdas," tutur Arief.
Dia melanjutkan, sejak kasus apartemen gagal bangun di Samarinda pada 2012, calon konsumen mulai selektif memilih produk dengan mempertimbangkan reputasi dan rekam jejak pengembang. Pengembang bonafid, menurut Arief, lebih dipercaya konsumen.
Arief menyebut nama Ciputra Group sebagai salah satu yang dipercaya konsumen. Mereka masuk pasar Kalimantan Timur dengan empat proyek yakni Citra Bukit Indah, Citra City Balikpapan, CitraLand Samarinda, dan CitraGrand Senyiur City Samarinda.
Demikian halnya Sinarmas Land Group dengan portofolio Balikpapan Baru, dan Grand City Balikpapan, serta Agung Podomoro Group dengan Bukit Mediterania Samarinda dan Borneo Bay City Balikpapan.
Progresif
Agresifnya pengembang nasional berekspansi ke Kalimantan Timur, dipercaya Arief sebagai indikasi pasar provinsi ini sangat potensial. Bahkan, untuk tahun ini, saat pasar di kawasan lainnya masih mengalami penyesuaian, Kalimantan Timur justru makin progresif.
"Tahun ini akan lebih bagus ketimbang 2014, meskipun pertumbuhan harganya tidak setinggi 2012 atau 2013. Saya perkirakan kenaikan harga di sini sekitar 10 persen hingga 15 persen," tandas Arief.
Untuk itu, DPD REI Kaltim berani menargetkan rumah terbangun sekitar 2.000 unit untuk kelas subsidi dan 4.000 unit untuk rumah komersial.
Angka tersebut, kata Arief, sejatinya sangat moderat. Pasalnya, meski pengembang Kalimantan Timur punya kesanggupan membangun, namun terkendala regulasi dan perizinan. Sebut saja patokan biaya sertifikat rumah, biaya pemecahan sertifikat, biaya perizinan, dan juga pajak.
"Ketidakjelasan itu yang menghambat produksi rumah. Semua tidak ada patokannya. Pemerintah Provinsi dan Kota juga tidak tegas, bagaimana kami harus melalui prosedur yang seharusnya," ucap Arief.
Padahal, banyak pengembang lokal Kalimantan Timur yang punya kemampuan bersaing dengan pengembang Nasional. Meski menargetkan jumlah target konservatif, namun para pengembang lokal tetap percaya diri melansir proyek baru.
PT Hasyim Putera Duta Prima, contohnya. Tahun ini, mereka melansir dua proyek skala besar. Keduanya adalah Absolute Condotel di kawasan Grand Mahakam City, Jl Siradz Salman, Samarinda.
Absolute Condotel ini akan dikembangkan sebanyak 48 unit dengan patokan harga mulai dari Rp 850 juta hingga Rp 1 miliar per unit.
PT Hasyim Putera Duta Prima akan membentuk usaha manajemen pengelolaan kondotel sendiri. Sehingga pada gilirannya, ketika Absolute Condotel beroperasi, anak usaha inilah yang akan menjadi operatornya.
Proyek lainnya adalah perumahan terpadu berbasis pendidikan di kawasan Ring Road II Jl HM Ardhan, Samarinda. Perumahan ini menempati lahan seluas 45 hektar. Dalam mengembangkannya, PT Hasyim Putera Duta Prima bekerjasama dengan sesama pengembang DPD REI Kalimantan Timur lainnya.
Sementara untuk fasilitas pendidikannya, akan dikerjasamakan dengan institusi pendidikan dari Jawa. Salah satu yang tengah dijajaki adalah STT Telkom, Bandung, dan Universitas Bina Nusantara Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.