Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jatuhnya Harga Minyak Dunia Berkah Buat Bisnis Properti Indonesia

Kompas.com - 10/12/2014, 09:04 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak dunia yang anjlok menjadi 68 dollar AS per barrel berdampak positif terhadap sektor properti Indonesia.

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan juga ekonom PT Bank Permata Tbk, A Tony Prasetiantono, mengatakan hal tersebut kepada Kompas.com, Selasa (9/12/2014).

"Sektor properti tetap masih menjanjikan peluang asalkan pengembang mampu mencari segmentasi terbaik untuk beragam variasi lokasi. Kejelian dan kreativitas inilah yang menjadi kunci pertumbuhan positif sektor properti," papar Tony.

Dia menambahkan, properti akan tetap tumbuh positif karena perekonomian Indonesia mendapat "berkah" dari penurunan harga minyak dunia. Dengan begitu kemungkinan besar pemerintah tidak lagi memberi subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) jenis premium RON 88. Ini artinya negara punya tambahan dana sebesar Rp 291 triliun.

"Nah dana tersebut dapat direalokasikan untuk hal-hal produktif dan langsung menyentuh sasaran penduduk miskin. Seperti pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, waduk, jaringan kereta listrik, transportasi publik dan juga bandara yang akan menjadi stimulus fiskal yang besar dan dapat menjalar ke sektor properti" tutur Tony.

Jika pembangunan infrastruktur terealisasi, tambah dia, maka akan sangat mempengaruhi sektor properti yang dapat tumbuh lebih dinamis. Karena properti erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur.

Pertumbuhan akan semakin melesat bila Bank Indonesia (BI) selaku regulator juga dapat mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) hingga tahun depan. Bahkan, kata Tony, harus diturunkan bila inflasi dapat ditahan maksimal 7,5 persen hingga akhir tahun 2014.

"BI Rate yang ditahan, dapat membantu mendorong industri properti melaju lebih kencang. Menurut saya, tidak ada urgensinya bagi BI menaikkan suku bunga tempo hari. Kenapa? BI terlalu reaktif dan terburu-buru. Hasilnya pasar malah bereaksi negatif karena pasar belum butuh kenaikan BI Rate," tandas dia.

Investasi Asing

Tahun 2015 juga akan diwarnai semakin derasnya investasi asing (foreign dircet investment atau FDI). Pertumbuhan diperkirakan mencapai 15 persen. Lebih kencang ketimbang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

"FDI 2015 bakal naik 15 persen. Ini dimungkinkan karena simpati internasional terhadap Indonesia, terutama Joko Widodo dan Kabinet Kerja. Selain itu, harga lahan dan tenaga kerja kita masih lebih kompetitif dibanding di Tiongkok, Thailand, atau Vietnam," ujar Tony.

Ada pun negara yang menambah investasinya adalah Singapura, dan Tiongkok. Banyak investor Tiongkok yang perlu penyaluran investasi, karena biaya di negaranya demikian mahal. Demikian halnya dengan investor Singapura, akan semakin melirik Indonesia.

Presiden Direktur PT Ciputra Residences, Budiarsa Sastrawinata, juga sependapat dengan Tony. Menurut dia, FDI semakin bertambah. Ini terindikasi dari tingkat okupansi pekantoran Grade A sebanyak 70 persen dikuasai perusahaan multinasional dan yang terkait.

"Meski permintaan perkantoran Grade A tak sebanyak tahun 2013, catatan tahun ini membuktikan peningkatan permintaan dari perusahaan asing. Tahun depan justru akan lebih besar dari tahun ini karena FDI melonjak," tutur Budiarsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau