Dalam indeks yang dilansir bulan lalu itu, Tokyo semakin kompetitif dan dipertimbangkan oleh investor internasional macam pembeli individual yang masuk kategori high net worth individual (HNWI), fund manager maupun entitas bisnis.
Apa yang membuat Jepang masuk radar investasi properti dunia?
Secara umum, terdapat pertumbuhan ekspektasi yang didorong kebijakan "Abenomics" untuk memacu perekonomian Jepang. Selain itu, biaya ekonomi rendah sementara peluang untuk memperluas bisnis demikian tinggi. Harga properti pun relatif lebih rendah ketimbang kota-kota global lainnya. Sehingga memicu rentang pertumbuhan harga yang sangat tinggi.
Faktor tuan rumah Olimpiade 2020 juga dianggap sebagai katalisator utama yang menstimulasi Tokyo semakin dilirik. Perhelatan olahraga terbesar di dunia itu akan meningkatkan pembangunan infrastruktur yang berdampak pada sentimen positif pasar yang lebih luas.
Faktor lainnya adalah kenyamanan berinvestasi karena kondisi politik Jepang yang stabil, dan status safe haven berupa rezim pajak relatif menarik. Dua hal ini juga memicu pertumbuhan lebih lanjut dalam jangka menengah bagi investor domestik dan mancanegara.
JLL mencatat dua transaksi besar yang terjadi jelang akhir 2014, semakin menunjukkan peningkatan daya saing Jepang di mata investor internasional. Dua transaksi itu adalah saat Pacific Century Place di Tokyo dijual kepada
GIC dengan nilai 170 miliar yen atau setara Rp 17,3 triliun, dan Thakral Corp asal Singapura yang mengakuisisi dua gedung perkantoran di Yotsbashi-suji, Osaka, senilai 3,6 miliar yen (Rp 367 miliar).