Tidak akan ada lagi pengembangan yang boros mengonsumsi lahan, dan juga abai terhadap pelestarian lingkungan. Konsep pengembangan konvensional seperti itu, kata Sinarto, bakal dijauhi karena harga lahan demikian tinggi, boros investasi, dan merusak kualitas hidup manusia.
"Properti vertikal sangat efisien dalam pemanfaatan lahan. Dengan begitu, kita bisa leluasa membangun fasilitas publik dan ruang terbuka hijau. Sementara konsep ramah lingkungan, memungkinkan ongkos pengelolaan dapat ditekan dan lebih murah ketimbang konsep konvensional," papar Sinarto sesaat sebelum Pertemuan Nasional ke-IV komunitas pecinta pencakar langit atau Skyscrapercity Indonesia (SSCI) di Spazio Hall, Surabaya, Sabtu (8/11/2014).
Sinarto melanjutkan, tren masa depan untuk perkantoran, hunian, dan komersial adalah gedung-gedung bertingkat dengan mengadopsi passive design yang dapat mengelola sumber daya alam secara lebih bijak dan ramah lingkungan.
Oleh karena itu, lanjut Sinarto, dalam setiap pengembangan proyek baru, alokasi untuk fasilitas dan ruang terbuka hijau yang bisa diakses oleh publik dengan mudah dan murah akan menjadi prioritas utama.
Adapun konsep yang sesuai dengan tren pembangunan masa depan adalah properti multifungsi atau mixed use development.
"Keunggulan bangunan multi fungi adalah efisiensi waktu di satu area. Masyarakat tidak perlu berpindah tempat untuk mendapatkan kebutuhannya. Berada dalam satu kawasan yang lengkap akan fasilitas tentunya dapat mengurangi kepadatan lalu lintas. Ini dapat menghemat konsumsi energi dan juga ongkos pengeluaran," ujar Sinarto.
Saat ini, PT Intiland Development Tbk sedang menggarap tiga proyek properti vertikal. Dua di antaranya merupakan properti multifungsi yakni Spazio Tower dan Praxis. Sementara satu lainnya merupakan apartemen Sumatera 36.
Praxis dirancang sebagai kawasan terpadu yang bersifat simbiosis dengan Intiland Tower Surabaya. Di dalamnya mencakup apartemen, perkantoran, hotel dan ritel, yang dilengkapi dengan fasilitas hiburan seperti bioskop, ruang serbaguna, gymnasium dan kolam renang.
Sementara Spazio Tower merupakan gedung perkantoran strata title yang menjadi bagian dari pengembangan Graha Festival, superblok di kawasan Surabaya Barat. Megaproyek Graha Festival meliputi beberapa menara apartemen, gedung perkantoran, rumah sakit berskala internasional, pusat perbelanjaan, area olah raga dan rekreasi keluarga, serta restoran.
Menempati lahan seluas 5.380 meter persegi, Spazio Tower mencakup 20 lantai dengan luas bangunan 61.053 meter persegi. Dari total lantai tersebut, 11 lantai diperuntukan sebagai ruang perkantoran, 6 lantai untuk hotel, 2 lantai untuk ritel pendukung serta kuliner, dan 5 lantai untuk parkir bawah tanah. Untuk ruang perkantoran, tersedia sebanyak 176 unit ruang kantor berbagai ukuran, mulai dari 65 meter persegi sampai dengan 192 meter persegi.
Spazio Tower juga dilengkapi fasilitas hotel berbintang yang sesuai dengan kebutuhan bisnis. Hotel ini menempati enam lantai dengan total memiliki 130 kamar berbagai tipe.
Sedangkan Sumatera 36 merupakan apartemen di atas lahan seluas 2.358 meter persegi. Ketinggian hunian vertikal ini adalah 12 lantai. Mencakup 63 unit yang terdiri atas tiga tipe yakni, dua kamar tidur standard sebanyak 22 unit, dua kamar tidur mewah sebanyak 31 unit, tiga kamar tidur sebanyak sembilan unit serta satu unit griya tawang. Harga jual Sumatera 36 telah menembus angka Rp 35 juta per meter persegi dan telah terjual 70 persen.
Kehadiran Sumatera 36 akan menggenapi jumlah hunian vertikal di Surabaya. Menurut survei JLL, secara kumulatif, Kota Pahlawan ini akan mengoleksi sebanyak 9.142 unit apartemen strata yang terdistribusi di kawasan barat 4.063 unit atau 44 persen, timur 3.657 unit atau 40 persen, selatan 882 unit (10 persen), dan pusat 540 unit atau 6 persen.
Hingga 2017 mendatang, Surabaya bakal menambah 9.452 unit apartemen baru sehingga total pasokan mencapai 18.594 unit.
Sementara di sektor perkantoran, meski konsentrasi masih terjadi di Surabaya Pusat, namun secara umum, terdapat tambahan pasokan baru sebanyak 193.081 meter persegi dari 17 proyek perkantoran. Jumlah ini menambah ruang perkantoran menjadi 471.679 meter persegi hingga 2016 mendatang.
Sebelumnya diberitakan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengharuskan pengembang untuk membangun secara vertikal. Pasalnya, Surabaya sulit memiliki fasilitas ruang publik dan ruang terbuka hijau. Oleh karena itu, mulai sekarang Surabaya tengah mempersiapkan diri menuju Kota Hijau 2020.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.