Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/10/2014, 15:22 WIB
|
EditorHilda B Alexander
JAKARTA, KOMPAS.com - Sosoknya mungil. Namun, suaranya lantang menggelegar. Selantang kegigihannya memperjuangkan hasil penelitian bertajuk, "Strategi Impelementasi Paradoks Rowoboni sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian Masyarakat", di hadapan lima anggota dewan juri pada Kamis (16/10/2014). 

Suasana ruangan Medan di hotel berbintang lima Shangri-la siang itu, yang sebelumnya dingin membeku, sontak menjadi hangat. Riuh sekaligus membangkitkan gairah.

Secara bergantian, Oktovia Rezki Nurhanafiah mempresentasikan hasil karyanya tersebut bersama teman duetnya Dzikri Rahman Bijak yang tak kalah bersemangatnya.

Oktovia mampu menangkis beberapa pertanyaan kritis para juri. Hingga kemudian raut mukanya menampakkan kepuasan karena argumentasinya yang logis dalam balutan kalimat terstruktur rapi, dapat diterima. 

Salah seorang juri, Corporate HRD Manager PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Dani Handajani, bahkan terkesan dengan gaya Oktovia berkomunikasi.

"Saya terkesan dengan gayanya yang sangat semangat dan presentasinya well prepared  (dipersiapkan dengan baik)," kenang Dani kepada Kompas.com, Jumat (17/10/2014).

Kendati "keras" mempertahankan hasil karya tulisnya, Oktovia tetaplah sosok yang lembut. Gadis berhijab ini mau menerima masukan dan kritikan dari Paulus Wirutomo, Solihin As'ad, dan Edward Endrianto Pandelaki.

Di akhir presentasi, Oktovia menegaskan dengan lugas dan jujur, bahwa hasil karya tulisnya tersebut merupakan pengembangan dari penemuan-penemuan para peneliti sebelumnya.

"Kami hanya melakukan pengembangan dan terjun langsung melakukan observasi di lapangan mengenai "paradoks" selama berbulan-bulan. Hasil penelitian ini baru sebatas konsep, belum kami implementasikan. Tapi, kami berharap, hasil penelitian ini bisa membawa masyarakat Rowoboni untuk secara cerdas memanfaatkan eceng gondok sebagai sumber pendapatan melalui proses pengolahan menjadi papan partikel yang bisa digunakan sebagai material bangunan alternatif ramah lingkungan," papar Oktovia panjang lebar.

"Paradoks"

Oktovia dan Dzikri merupakan salah satu dari 10 finalis yang mengikuti lomba Semen Tiga Roda Writing Competition sebagai bagian dari Indocement Awards 2014. Keduanya tengah menempuh pendidikan di Universitas Diponegoro, Semarang. 

Minat Oktovia dan Dzikri terhadap masyarakat Rowoboni, Banyubiru, Semarang, yang hidup dikelilingi eceng gondok, sangat besar. Namun, sayangnya, kekayaan sumber daya alam tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Meskipun di sana terdapat pengrajin-pengrajin yang mengolah eceng gondok menjadi buah tangan dan karya handycraft lainnya, tak membuat duo ini pantang menyerah.

"Kami ingin sumber daya alam tersebut dapat diolah lebih maksimal. Tak hanya sekadar kerajinan tangan, melainkan diproduksi massal dalam bentuk papan partikel eceng gondok. Oleh karena itulah kami menyebutnya sebagai "paradoks". Kami telah menghitung secara ekonomis, ongkos produksi, proyeksi pendapatan, dan keuntungannya," tambah Dzikri yang optimistis, kalkulasi ekonomis yang mereka lakukan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Rowoboni.

Karya tulis mengenai "paradoks" ini menyisihkan ratusan karya tulis lainnya dan dinilai juri cukup inovatif, kreatif, serta juga dapat diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat.

Namun, sebelum niat mulia Oktovia dan Dzikri terwujud, Tuhan memiliki rencana lain. Rencana yang lebih indah, tentu saja, dengan memeluk gadis imut yang belum genap 21 tahun tersebut kembali ke pangkuan-Nya pada Kamis (16/10/2014). 

Selamat jalan peneliti muda....


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com